MAKALAH
SOSIO-ANTROPOLOGI PENDIDIKAN
“ANTROPOLOGI
PENDIDIKAN”
Dosen Pengampu: Agus
Sudarsono, M.Pd
Disusun Oleh:
Kelompok 5
1. Windu
Bestrai 14416241020
2. Hertin
Eka Rahmawati 14416241027
3. Suci
Indah Sari 14416241034
4. Attin
Matsna Ulin Nur 14416241041
5. Catur
Mulyantoro 14416241049
Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial A
PENDIDIKAN ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNVERSITAS NEGERI
YOGYAKARTA
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Ilmu
Antropologi berkembang setalah ilmu-ilmu alam berkembang terlebih dahulu.
Antropogi sendiri berkembang dan menjadi ilmu yang berdiri sendiri sejak
kelahirannya awal abad ke 16. Semula antropologi digunakan oleh pemerintah
colonial didaerah jajahannya dalam rangka mempelajari bahasa, keyakinan lokal,
dan adat istiadat, budaya dengan harapan untuk diambil kebijakan dan
melestarikan kekuasaan. Selanjutnya antropologi menjadi ilmu bantu guna
penyusunan strategi penguasa Eropa atas negeri jajahan, secara lambat laun tapi
pasti ilmu ini kemudian memperoleh [engakuan dunia akademis secara luas.
Kajian
antropologi yang begitu luas, yaitu fisik manusia dengan perilaku berupa
budaya, maka melahirkan berbagai cabang ilmu lain yang membantu dalam kajian
antropologi. Salah satunya ialah antropologi pendidikan.
Antropologi pendidikan
ialah penelaah akademis tentang system pendidikan dari sudut pandang
antropologis. Merupakan generalisasi manusia dan perilaku ketika berhubungan
dengan fakta pendidikan. Antropologi pendidikan
dianggap dapat berdiri sendiri sebagai cabang spesialisasi antropologi yang
mempunyai dasar akademis, karena menyajikan aplikasi teori dan metode yang
digunakan untuk menelaah tindak tanduk dan presepsi pendidikan.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian antropologi pendidikan?
2. Bagaimana
ruang lingkup antropologi pendidikan?
3. Apa
kegunaan, tujuan, dan perang antrologi pendidikan?
4. Bagaimana
konsep natropologi pendidikan?
5. Bagaimana
pandangan masyarakat terhadap pendidikan?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui
pengertian antropologi pendidikan.
2. Mengetahui
ruang lingkup antropologi pendidikan.
3. Mengetahui
kegunaan, tujuan, dan perang antrologi pendidikan.
4. Mengetahui
konsep natropologi pendidikan.
5.
Mengetahui pandangan
masyarakat terhadap pendidikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Antropologi Pendidikan
Antropologi
pendidikan adalah penelaahan akademis tentang sistem pendidikan dari sudut
pandang budaya. Antropologi pendidikan merupakan generalisasi tentang manusia
dan perilakunya ketika berhubungan dengan fakta pendidikan. Antropologi
pendidikan menyajikan aplikasi teori dan
metode yang digunakan untuk menelaah tindak tanduk dan persepsi masyarakat
terkait pendidikan. Antropologi pendidikan bertujuan menambah wawasan
pengetahuan tentang pendidikan melalui perspektif budaya dan alat telaah
terhadap praktik pendidikan di mayarakat tertentu atau masyarakat secara umum.
B.
Ruang
Lingkup Antropologi pendidikan
Antropologi
pendidikan merupakan salah satu bidang kajian antropologi sosial-budaya yang
memusatkan studi pada gejala pendidikan dalam kehidupan manusia. Antropologi
memandang gejala pendidikan sebagai bagian produk budaya manusia.
Sebagai
hasil budaya memiliki relevansi dengan cara pandang masyarakat mengenai
pendidikan. Sebagian masyarakat ada yang memandang bahwa pendidikan merupakan
keharusan sosia dan kultur. Sebagian lain memandang bahwa pendidikan adalah
keharusan teologis, kewajiban agama sehingga dosa dan pahala.
Terdapat
juga yang memandang bahwa pendidikan adalah tuntutan kehidupan ekonomi, karena
menyangkut kualitas kehidupan ekonomi mereka. Dunia profesi menghendaki
individu-individu yang memilikii kualifikasi pengetahuan dan atribut-atribut
formal tertentu. Dikalangan masyarakat industri, pendidikan dianggap sebagai
sarana untuk membentuk para profesional yang membutuhkan dunia kerja. Oleh
sebab itu, pendidikan dianggap sebagai aktivitas ekonomi yang berorientasi
ekonomi.
Jadi
ruang lingkup antropologi pendidikan terkait dengan pola pandang masyarakat
mengenai makna, peran, dan fungsi pendidikan dalam kacamata mereka sesuai
dengan tingkaatn nalarnya. Selain itu, ruang lingkup antropologi pendidikan
menyangkut pula praktik pendidikan masyarakat tertentu dengan karakteristik
khas, seperti masyarakat adat, masyarakat petani, masyarakat industri, dan
lain-lain.
C.
Kegunaan,
Tujuan, dan Peran Antropologi Pendidikan
Kegunaan
Antropologi Pendidikan
a. Mengetahui
hakikat pendidikan di masyarakat, baik sebagai berdasarkan pola pandangan
individu maupun kelompok.
b. Memahami
kedudukan pendidikan dalam masyarakat tertentu yang memiliki karakteristik
khas.
c. Memahami
norma, tradisi, keyakinan, dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat terkait
dengan pendidikan.
d. Menciptakan
teori-teori tentang asal-usul pendidikan dan perilaku masyarakat menyangkut
pendidikan.
Tujuan
Antropologi Pendidikan
Tujuan antropologi pendidikan antara lain untuk mencetak generasi
yang berbudaya, untuk mengenalkan muatan budaya bangsa yang bersumber dari
budaya lokal, nasional maupun global, untuk menstimulasi terciptanya budaya
hasil inovasi, untuk mentradisikan penghormatan terhadap anekaragaman budaya,
untuk mempertahankan budaya adiluhung, dan agar siap dan sanggup menerima
realitas budaya.
Peran Antropologi pendidikan
Dapat
dinyatakan bahwa peran antropologi pendidikan pada dasarnya adalah mediator (perantara)
antara peserta didik dengan dinamika beserta pernik-pernik budaya yang ada di
sekitarnya. Untuk memediasinya langkah dasar yang harus ditanamkan adalah
pengenalan terhadap aneka budaya. Meskipun penanam itu memerlukan kiat dan
strategi yang dinamis sesuai dengan objek budaya setara berkesinambungan.
D.
Konsep Antropologi Pendidikan
Dalam
kepustakaan antropologi pendidikan ditemukan beberapa konsep yang paling
penting, yakni enculturation (pembudayaan/pewarisan), socialization
(sosialisasi/ pemasyarakatan), education (pendidikan), dan schooling
(persekolahan).
1.
Enkulturasi
Enkulturasi
berasal dari aspek-aspek dari pengalaman belajar yang memberi ciri khusus atau
yang membedakan manusia dari makhluk lain dengan menggunakan
pengalaman-pengalaman hidupnya. Proses enkulturatif bersifat kompleks dan
berlangsung hidup, tetapi proses tersebut berbeda-beda pada berbagai tahap
dalam lingkaran kehidupan seorang. Enkulturasi terjadi secara agak dipaksakan
selama awal masa kanak-kanak tetapi ketika mereka bertambah dewasa akan belajar
secara lebih sadar untuk menerima atau menolak nilai-nilai atau anjuran-anjuran
dari masyarakatnya. Bahwa tiap anak yang baru lahir memiliki serangkaian
mekanisme biologis yang diwarisi, yang harus dirubah atau diawasi supaya sesuai
dengan budaya masyarakatnya.
Kesamaan
dari konsep enkulturasi dengan konsep sosialisasi terlihat dari pernyataan
Herkovits yang mengatakan bahwa sosialisasi menunjukkan proses pengintegrasi
individu ke dalam sebuah kelompok sosial, sedangkan enkulturasi adalah proses
yang menyebabkan individu memperoleh kompetensi dalam kebudayaan kelompok.
Menurut
Hansen, enkulturasi mencakup proses perolehan keterampilan bertingkah laku,
pengetahuan tentang standar-standar budaya, dan kode-kode perlambangan seperti
bahasa dan seni, motivasi yang didukung oleh kebudayaan, kebiasaan-kebiasaan
menanggapi, ideologi dan sikap-sikap.
2.
Sosialisasi
Sosialisasi
menurut Gillin dan Gillin adalah proses yang membawa individu dapat menjadi
anggota yang fungsional dari suatu kelompok, yang bertingkah laku menurut
standar-standar kelompok, mengikuti kebiasaan-kebiasaan kelompok , mengamalkan
tradisi kelompok dan menyesuaikan dirinya dengan situasi-situasi sosial yang
ditemuinya untuk mendapatkan penerimaan yang baik dari teman-teman
sekelompoknya.
3.
Pendidikan
Pendidikan
(education) adalah directed learning dan persekolahan (schooling) adalah
formalized learning . Dalam literature pendidikan dewasa ini dikenal istilah
pendidikan formal, informal dan non-formal. Karangan Margared Mead mengenai
pendidikan dalam masyarakat sederhana (1942), dimana ia membedakan antara
learning cultures dan teaching cultures atau kebudayaan belajar dan kebudayaan
mengajar. Dalam golongan yang pertama, warga masyarakatnya belajar dengan cara
yang tidak resmi yaitu dengan berperan serta dalam kehidupan rutin sehari-hari.
Dimana mereka memperoleh segala pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang
mereka perlukan untk dapat hidup dengan layak dalam masyarakat dan kebudayaan
mereka sendiri. Dalam golongan yang kedua, warga masyarakat mendapat pelajaran
dari warga-warga lain yang lebih tahu, yang seringkali dilakukan dalam
pranata-pranata pendidikan yang resmi, dimana mereka memperoleh segala
pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang mereka perlukan.
E.
Pandangan
Masyarakat Terhadap Pendidikan
1) Pandangan
Masyarakat Modern tentang Pendidikan
Antara
pendidikan dan perkembangan masyarakat terdapat interaksi timbal balik dan
saling mempengaruhi. Artinya, perkembangan pendidikan akan amat bergantung pada
pandangan dan harapan masyarakat terhadap pendidikan, dan pada akhirnya
perkembangan suatu masyarakat ditentukan juga oleh tingkat pendidikan
anggotanya.
Oleh
karenanya, masyarakat modern pada satu segi memandang "pendidikan sebagai
variabel modernisasi. Dalam konteks ini pendidikan dianggap sebagai prasyarat
dan kondisi yang mutlak bagi masyarakat untuk menjalankan program dan mencapai
tujuan-tujuan modernisasi atau pembangunan." Dengan demikian, pendidikan
dalam benak masyarakat modern adalah agent of change (agen perubahan) bagi
masyarakat. Maju tidaknya pembangunan masyarakat tergantung pada kemampuan
pendidikan memenuhi kebutuhan yang diperlukan masyarakat. "Tanpa
pendidikan yang memadai, akan sulit bagi masyarakat manapun untuk mencapai
kemajuan. Karena itu banyak ahli pendidikan yang berpandangan bahwa 'pendidikan
merupakan kunci yang membuka pintu ke arah modernisasi'.
Sehubungan
dengan pembahasan ini, Shipman, sebagaimana dikutip oleh Azyumardi Azra,
berpendapat bahwa fungsi pendidikan bagi masyarakat modern terbagi dalam tiga
bagian, yaitu:
1) Sosialisasi : Dalam hal ini
masyarakat modern memandang bahwa "pendidikan adalah wahana bagi integrasi
anak didik ke dalam nilai-nilai kelompok atau nasional yang dominan.
2) Penyekolahan (schooling) : Dalam hal
ini masyarakat modern memandang bahwa pendidikan adalah sarana mempersiapkan
anak didik untuk menduduki posisi sosial-ekonomi tertentu, dan oleh karena itu
penyekolahan harus membekali peserta didik dengan kualifikasi-kualifikasi
pekerjaan dan profesi yang akan membuat mereka mampu memainkan peran dalam
masyarakat.
3) Pendidikan (education) : Dalam hal
ini masyarakat modern memandang bahwa pendidikan atau education dimaksudkan
untuk menciptakan kelompok elit yang pada gilirannya akan memberikan sumbangan
besar bagi kelanjutan program modernisasi.
Berdasarkan
pandangan tentang fungsi pendidikan ini, maka pendidikan dalam masyarakat
modern dituntut untuk melakukan hal-hal berikut ini :
1) Sistem pendidikan dituntut mampu
untuk memperluas dan memperkuat wawasan nasional anak didik.
2) Sistem pendidikan dituntut untuk
mampu mendidik, mempersiapkan dan menghasilkan kepemimpinan modern dan
innovator yang dapat melakukan perubahan strategis dan konstruktif terhadap
masyarakat sekaligus memelihara nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat.
3) Sistem pendidikan dituntut untuk
mempersiapkan anak didik menjadi sumber daya manusia yang unggul dan mampu
mengisi berbagai lapangan kerja yang tercipta dalam proses pembangunan. Oleh
karenanya, lembaga-lembaga pen-didikan Islam tidak cukup lagi sekedar menjadi
lembaga transfer dan transmisi ilmu-ilmu Islam, tetapi sekaligus dapat memberikan
skill dan keahlian.
4) Pendidikan dituntut untuk mampu
memberikan arah perubahan. Maka, pendidikan Islam khususnya tidak cukup lagi
hanya memberikan bekal hidup kepada anak didiknya, tapi juga menjadikan mereka
sebagai aktor perubahan sosial.
5) Sistem pendidikan dituntut untuk
mampu memelihara stabilitas dan mengembangkan warisan kultural yang kondusif
bagi pembangunan.
Inilah persepsi, harapan, dan tuntutan masyarakat modern
terhadap pendidikan yang menjadi agent of change. Oleh sebab itu, pendidikan
dalam masyarakat, mau tidak mau, bergerak searah dengan pandangan masyarakat
tersebut. Memang, hal ini menjadi sangat dilematis, menimbang keberadaan
pendidikan agent of transformation, yang semestinya mengendalikan perubahan
masyarakat tapi eksistensinya ditentukan oleh pandangan masyarakat itu sendiri.
Dengan demikian, hal terpenting bagi pendidikan adalah memformulasikan
pandangan-pandangan tersebut agar pendidikan dapat menjadi wahana bagi
masyarakat untuk mencapai tujuan hidup yang sebenarnya.
2)
Pandangan
Masyarakat Pedalaman Tentang Pendidikan
Akhir-akhir
ini para pendidik dan seluruh lapisan pemerintah Indonesia yang bekerja di
bidang pendidikan,bahkan juga pengamat pendidikan sedang memperbincangkan
kurikulum 2013 yang di programkan pemerintah. Kebijakan pemerintah ini tak
luput dari pro dan kontra,ada yang tidak setuju atas perubahan kurikulum ini
dan tak sedikit juga yang mendukung kurikulum ini untuk digunakan di sekolah
dasar sampai sekolah menengah atas. Ada beragam alasan kurikulum ini tidak
disetujui berbagai pihak dan alsannya cukup beragam. Saya sendiri termasuk
orang yang tidak setuju dengan kurikulim 2013 ini, karena kurikulum ini belum
teruji bisa meningkatkan prestasi siswa-siswi di sekolah. Tak luput juga dari
pandangan saya hal ini hanya menghabiskan banyak waktu dan membuang banyak
biaya saja. Mengapa kita tidak menggunakan kurikulum yang lama saja. Yang perlu
di tingkatkan adalah kemampuan para pendidik agar dapat mendidik dengan
profesional, sehingga menghasilkan generasi penerus yang kreatif,inovatif,dan
cerdas.
Berbicara
lebih jauh masalah kurikulum juga tak ada gunanya jika tanpa usaha lain untuk
meningkatkan tingkat pendidikan anak bangsa Indonesia. Kita ketahui Indonesia
ini sangat luas dan memiliki banyak penduduk di desa maupun di kota-kota besar.
Sebut saja kota Jakarta yang memiliki segalanya dari sarana dan prasarana
pendidikan, berbeda jauh dengan daerah-daerah terpencil seperti di pedalam
Kalimantan dan Papua, sarana dan prasarana sangat cukup minim, ditambah lagi
terbatasnya tenaga pendidik di daerah-daerah ini.
Kondisi
ini cukup memprihatinkan, ditambah lagi minat untuk bersekolah sangat-sangatlah
kurang. Padahal pendidikan sangatlah penting demi meningkatkan kualitas hidup
masyarakat. Kalimantan mungkin kaya dengan alamnya,tetapi kekayaan itu tidaklah
berguna dan bisa dimanfaatkan dengan baik jika sumber daya manusianya kurang
baik. Sumber daya manusia dilihat dari tingkat pendidikan masyarakatnya, semua
ini tak akan terus terjadi jika masyarakat pedalaman ini sadar akan pendidikan.
Faktor-faktor yang menyebapkan masyarakat pedalaman tak berminat untuk
mengenyam pendidikan lebih tinggi adalah dana yang dibutuhkan sangatlah besar.
Mungkin banyak lagi faktor yang saya tidak ketahui, yang memang menjadi masalah
adalah pemerintah daerahnya sendiri tidak memberi program yang baik untuk
meningkatkan kualitas pendidikan penduduk daerahnya. Hal ini bisa dilihat dari
kucuran anggaran dana daerah untuk program beasiswa sangatlah sedikit, sehingga
masyarakat yang berprestasi tetapi kurang mampu akhirnya terputus sekolahnya.
Kejadian
ini pun selalu terulang dari waktu ke waktu, sehingga perkembangan pendidikan
di daerah sangatlah lambat dan memprihatinkan. Situasi ini di salah artikan
oleh masyarakat daerah, mereka menyimpulkan bersekolah itu tidak ada gunanya
tidak akan dapat merubah nasib, yang ada tamat SMA akan kerja juga di hutan
mencari makan dari hasil hutan. Maka dari itu hanya sedikit orang tua yang mau
dan peduli dengan pendidikan anaknya. Banyak dari mereka malah memotifasi
anaknya untuk ikut bekerja di hutan untuk mencari uang. Setelah anaknya tadi
bisa mencari uang dan bekerja sendiri, anak itupun di perbolehkan mencari pasangan
hidupnya. Dan terjadi pernikahan
dini, hal itu pun menjadi sebuah pola hidup masyarakat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan
di atas dapat disimpulkan bahwa Antropologi Pendidikan adalah Antropologi
pendidikan adalah penelaahan akademis tentang sistem pendidikan dari sudut
pandang budaya. Antropologi pendidikan merupakan generalisasi tentang manusia
dan perilakunya ketika berhubungan dengan fakta pendidikan. Antropologi
pendidikan menyajikan aplikasi teori dan
metode yang digunakan untuk menelaah tindak tanduk dan persepsi masyarakat
terkait pendidikan. Antropologi pendidikan bertujuan menambah wawasan pengetahuan
tentang pendidikan melalui perspektif budaya dan alat telaah terhadap praktik
pendidikan di mayarakat tertentu atau masyarakat secara umum. ruang lingkup
antropologi pendidikan terkait dengan pola pandang masyarakat mengenai makna,
peran, dan fungsi pendidikan dalam kacamata mereka sesuai dengan tingkaatn
nalarnya. Selain itu, ruang lingkup antropologi pendidikan menyangkut pula
praktik pendidikan masyarakat tertentu dengan karakteristik khas, seperti
masyarakat adat, masyarakat petani, masyarakat industri, dan lain-lain.
Kemudian tujuan adanya Antropologi
Pendidikan untuk mencetak
generasi yang berbudaya, untuk mengenalkan muatan budaya bangsa yang bersumber
dari budaya lokal, nasional maupun global, untuk menstimulasi terciptanya
budaya hasil inovasi, untuk mentradisikan penghormatan terhadap anekaragaman
budaya, untuk mempertahankan budaya adiluhung, dan agar siap dan sanggup
menerima realitas budaya.
DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat. 1990. Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta:
UI Press.
Mahmud dan Ija Suntana. 2012. Antropologi Pendidikan. Bandung: CV
Pustaka Setia.
Sudarsono, Agus. 2015. Modul: Sosio-Antropologi Pendidikan.
Yogyakarta: UNY
Dwi, Luktya. Diunduh pada tanggal
15 Oktober 2015 dari http://imadiklus.com/konsep-perkembangan-antropologi-pendidikan/
Fahrudin, Edi dkk. Diunduh pada
tanggal 10 Oktober 22015 dari https://www.academia.edu/8106683/Antropologi_Pendidikan
Kurniadi, Dedi. Diunduh pada
tanggal 12 Oktober 2015 dari http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195603221982031-
DEDY_KURNIADI/POWER_POINT_KINERJA_DOSEN/SOSIOLOGI_ANTROPOLOGI.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar