Senin, 25 April 2016

Antropologi Pendidikan

MAKALAH SOSIO-ANTROPOLOGI PENDIDIKAN
“ANTROPOLOGI PENDIDIKAN”
Dosen Pengampu: Agus Sudarsono, M.Pd




Disusun Oleh:
Kelompok 5
1.      Windu Bestrai                   14416241020
2.      Hertin Eka Rahmawati     14416241027
3.      Suci Indah Sari                 14416241034
4.      Attin Matsna Ulin Nur      14416241041
5.      Catur Mulyantoro             14416241049
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial A







PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Ilmu Antropologi berkembang setalah ilmu-ilmu alam berkembang terlebih dahulu. Antropogi sendiri berkembang dan menjadi ilmu yang berdiri sendiri sejak kelahirannya awal abad ke 16. Semula antropologi digunakan oleh pemerintah colonial didaerah jajahannya dalam rangka mempelajari bahasa, keyakinan lokal, dan adat istiadat, budaya dengan harapan untuk diambil kebijakan dan melestarikan kekuasaan. Selanjutnya antropologi menjadi ilmu bantu guna penyusunan strategi penguasa Eropa atas negeri jajahan, secara lambat laun tapi pasti ilmu ini kemudian memperoleh [engakuan dunia akademis secara luas.
Kajian antropologi yang begitu luas, yaitu fisik manusia dengan perilaku berupa budaya, maka melahirkan berbagai cabang ilmu lain yang membantu dalam kajian antropologi. Salah satunya ialah antropologi pendidikan.
Antropologi pendidikan ialah penelaah akademis tentang system pendidikan dari sudut pandang antropologis. Merupakan generalisasi manusia dan perilaku ketika berhubungan dengan fakta pendidikan.  Antropologi pendidikan dianggap dapat berdiri sendiri sebagai cabang spesialisasi antropologi yang mempunyai dasar akademis, karena menyajikan aplikasi teori dan metode yang digunakan untuk menelaah tindak tanduk dan presepsi pendidikan.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian antropologi pendidikan?
2.      Bagaimana ruang lingkup antropologi pendidikan?
3.      Apa kegunaan, tujuan, dan perang antrologi pendidikan?
4.      Bagaimana konsep natropologi pendidikan?
5.      Bagaimana pandangan masyarakat terhadap pendidikan?
1.3  Tujuan
1.      Mengetahui pengertian antropologi pendidikan.
2.      Mengetahui ruang lingkup antropologi pendidikan.
3.      Mengetahui kegunaan, tujuan, dan perang antrologi pendidikan.
4.      Mengetahui konsep natropologi pendidikan.
5.      Mengetahui pandangan masyarakat terhadap pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Antropologi Pendidikan
Antropologi pendidikan adalah penelaahan akademis tentang sistem pendidikan dari sudut pandang budaya. Antropologi pendidikan merupakan generalisasi tentang manusia dan perilakunya ketika berhubungan dengan fakta pendidikan. Antropologi pendidikan menyajikan  aplikasi teori dan metode yang digunakan untuk menelaah tindak tanduk dan persepsi masyarakat terkait pendidikan. Antropologi pendidikan bertujuan menambah wawasan pengetahuan tentang pendidikan melalui perspektif budaya dan alat telaah terhadap praktik pendidikan di mayarakat tertentu atau masyarakat secara umum.

B.     Ruang Lingkup Antropologi pendidikan
Antropologi pendidikan merupakan salah satu bidang kajian antropologi sosial-budaya yang memusatkan studi pada gejala pendidikan dalam kehidupan manusia. Antropologi memandang gejala pendidikan sebagai bagian produk budaya manusia.
Sebagai hasil budaya memiliki relevansi dengan cara pandang masyarakat mengenai pendidikan. Sebagian masyarakat ada yang memandang bahwa pendidikan merupakan keharusan sosia dan kultur. Sebagian lain memandang bahwa pendidikan adalah keharusan teologis, kewajiban agama sehingga dosa dan pahala.
Terdapat juga yang memandang bahwa pendidikan adalah tuntutan kehidupan ekonomi, karena menyangkut kualitas kehidupan ekonomi mereka. Dunia profesi menghendaki individu-individu yang memilikii kualifikasi pengetahuan dan atribut-atribut formal tertentu. Dikalangan masyarakat industri, pendidikan dianggap sebagai sarana untuk membentuk para profesional yang membutuhkan dunia kerja. Oleh sebab itu, pendidikan dianggap sebagai aktivitas ekonomi yang berorientasi ekonomi.
Jadi ruang lingkup antropologi pendidikan terkait dengan pola pandang masyarakat mengenai makna, peran, dan fungsi pendidikan dalam kacamata mereka sesuai dengan tingkaatn nalarnya. Selain itu, ruang lingkup antropologi pendidikan menyangkut pula praktik pendidikan masyarakat tertentu dengan karakteristik khas, seperti masyarakat adat, masyarakat petani, masyarakat industri, dan lain-lain.



C.    Kegunaan, Tujuan, dan Peran Antropologi Pendidikan
Kegunaan Antropologi Pendidikan
a.       Mengetahui hakikat pendidikan di masyarakat, baik sebagai berdasarkan pola pandangan individu maupun kelompok.
b.      Memahami kedudukan pendidikan dalam masyarakat tertentu yang memiliki karakteristik khas.
c.       Memahami norma, tradisi, keyakinan, dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat terkait dengan pendidikan.
d.      Menciptakan teori-teori tentang asal-usul pendidikan dan perilaku masyarakat menyangkut pendidikan.
Tujuan Antropologi Pendidikan
Tujuan antropologi pendidikan antara lain untuk mencetak generasi yang berbudaya, untuk mengenalkan muatan budaya bangsa yang bersumber dari budaya lokal, nasional maupun global, untuk menstimulasi terciptanya budaya hasil inovasi, untuk mentradisikan penghormatan terhadap anekaragaman budaya, untuk mempertahankan budaya adiluhung, dan agar siap dan sanggup menerima realitas budaya.
Peran Antropologi pendidikan
Dapat dinyatakan bahwa peran antropologi pendidikan pada dasarnya adalah mediator (perantara) antara peserta didik dengan dinamika beserta pernik-pernik budaya yang ada di sekitarnya. Untuk memediasinya langkah dasar yang harus ditanamkan adalah pengenalan terhadap aneka budaya. Meskipun penanam itu memerlukan kiat dan strategi yang dinamis sesuai dengan objek budaya setara berkesinambungan.
                                        
D.    Konsep Antropologi Pendidikan
Dalam kepustakaan antropologi pendidikan ditemukan beberapa konsep yang paling penting, yakni enculturation (pembudayaan/pewarisan), socialization (sosialisasi/ pemasyarakatan), education (pendidikan), dan schooling (persekolahan).
1.      Enkulturasi
Enkulturasi berasal dari aspek-aspek dari pengalaman belajar yang memberi ciri khusus atau yang membedakan manusia dari makhluk lain dengan menggunakan pengalaman-pengalaman hidupnya. Proses enkulturatif bersifat kompleks dan berlangsung hidup, tetapi proses tersebut berbeda-beda pada berbagai tahap dalam lingkaran kehidupan seorang. Enkulturasi terjadi secara agak dipaksakan selama awal masa kanak-kanak tetapi ketika mereka bertambah dewasa akan belajar secara lebih sadar untuk menerima atau menolak nilai-nilai atau anjuran-anjuran dari masyarakatnya. Bahwa tiap anak yang baru lahir memiliki serangkaian mekanisme biologis yang diwarisi, yang harus dirubah atau diawasi supaya sesuai dengan budaya masyarakatnya.
Kesamaan dari konsep enkulturasi dengan konsep sosialisasi terlihat dari pernyataan Herkovits yang mengatakan bahwa sosialisasi menunjukkan proses pengintegrasi individu ke dalam sebuah kelompok sosial, sedangkan enkulturasi adalah proses yang menyebabkan individu memperoleh kompetensi dalam kebudayaan kelompok.
Menurut Hansen, enkulturasi mencakup proses perolehan keterampilan bertingkah laku, pengetahuan tentang standar-standar budaya, dan kode-kode perlambangan seperti bahasa dan seni, motivasi yang didukung oleh kebudayaan, kebiasaan-kebiasaan menanggapi, ideologi dan sikap-sikap.
2.      Sosialisasi
Sosialisasi menurut Gillin dan Gillin adalah proses yang membawa individu dapat menjadi anggota yang fungsional dari suatu kelompok, yang bertingkah laku menurut standar-standar kelompok, mengikuti kebiasaan-kebiasaan kelompok , mengamalkan tradisi kelompok dan menyesuaikan dirinya dengan situasi-situasi sosial yang ditemuinya untuk mendapatkan penerimaan yang baik dari teman-teman sekelompoknya.
3.      Pendidikan
Pendidikan (education) adalah directed learning dan persekolahan (schooling) adalah formalized learning . Dalam literature pendidikan dewasa ini dikenal istilah pendidikan formal, informal dan non-formal. Karangan Margared Mead mengenai pendidikan dalam masyarakat sederhana (1942), dimana ia membedakan antara learning cultures dan teaching cultures atau kebudayaan belajar dan kebudayaan mengajar. Dalam golongan yang pertama, warga masyarakatnya belajar dengan cara yang tidak resmi yaitu dengan berperan serta dalam kehidupan rutin sehari-hari. Dimana mereka memperoleh segala pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang mereka perlukan untk dapat hidup dengan layak dalam masyarakat dan kebudayaan mereka sendiri. Dalam golongan yang kedua, warga masyarakat mendapat pelajaran dari warga-warga lain yang lebih tahu, yang seringkali dilakukan dalam pranata-pranata pendidikan yang resmi, dimana mereka memperoleh segala pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang mereka perlukan.

E.     Pandangan Masyarakat Terhadap Pendidikan
1)      Pandangan Masyarakat Modern tentang Pendidikan
Antara pendidikan dan perkembangan masyarakat terdapat interaksi timbal balik dan saling mempengaruhi. Artinya, perkembangan pendidikan akan amat bergantung pada pandangan dan harapan masyarakat terhadap pendidikan, dan pada akhirnya perkembangan suatu masyarakat ditentukan juga oleh tingkat pendidikan anggotanya.
Oleh karenanya, masyarakat modern pada satu segi memandang "pendidikan sebagai variabel modernisasi. Dalam konteks ini pendidikan dianggap sebagai prasyarat dan kondisi yang mutlak bagi masyarakat untuk menjalankan program dan mencapai tujuan-tujuan modernisasi atau pembangunan." Dengan demikian, pendidikan dalam benak masyarakat modern adalah agent of change (agen perubahan) bagi masyarakat. Maju tidaknya pembangunan masyarakat tergantung pada kemampuan pendidikan memenuhi kebutuhan yang diperlukan masyarakat. "Tanpa pendidikan yang memadai, akan sulit bagi masyarakat manapun untuk mencapai kemajuan. Karena itu banyak ahli pendidikan yang berpandangan bahwa 'pendidikan merupakan kunci yang membuka pintu ke arah modernisasi'.
Sehubungan dengan pembahasan ini, Shipman, sebagaimana dikutip oleh Azyumardi Azra, berpendapat bahwa fungsi pendidikan bagi masyarakat modern terbagi dalam tiga bagian, yaitu:
1)      Sosialisasi : Dalam hal ini masyarakat modern memandang bahwa "pendidikan adalah wahana bagi integrasi anak didik ke dalam nilai-nilai kelompok atau nasional yang dominan.
2)      Penyekolahan (schooling) : Dalam hal ini masyarakat modern memandang bahwa pendidikan adalah sarana mempersiapkan anak didik untuk menduduki posisi sosial-ekonomi tertentu, dan oleh karena itu penyekolahan harus membekali peserta didik dengan kualifikasi-kualifikasi pekerjaan dan profesi yang akan membuat mereka mampu memainkan peran dalam masyarakat.
3)      Pendidikan (education) : Dalam hal ini masyarakat modern memandang bahwa pendidikan atau education dimaksudkan untuk menciptakan kelompok elit yang pada gilirannya akan memberikan sumbangan besar bagi kelanjutan program modernisasi.
Berdasarkan pandangan tentang fungsi pendidikan ini, maka pendidikan dalam masyarakat modern dituntut untuk melakukan hal-hal berikut ini :
1)      Sistem pendidikan dituntut mampu untuk memperluas dan memperkuat wawasan nasional anak didik.
2)      Sistem pendidikan dituntut untuk mampu mendidik, mempersiapkan dan menghasilkan kepemimpinan modern dan innovator yang dapat melakukan perubahan strategis dan konstruktif terhadap masyarakat sekaligus memelihara nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat.
3)      Sistem pendidikan dituntut untuk mempersiapkan anak didik menjadi sumber daya manusia yang unggul dan mampu mengisi berbagai lapangan kerja yang tercipta dalam proses pembangunan. Oleh karenanya, lembaga-lembaga pen-didikan Islam tidak cukup lagi sekedar menjadi lembaga transfer dan transmisi ilmu-ilmu Islam, tetapi sekaligus dapat memberikan skill dan keahlian.
4)      Pendidikan dituntut untuk mampu memberikan arah perubahan. Maka, pendidikan Islam khususnya tidak cukup lagi hanya memberikan bekal hidup kepada anak didiknya, tapi juga menjadikan mereka sebagai aktor perubahan sosial.
5)      Sistem pendidikan dituntut untuk mampu memelihara stabilitas dan mengembangkan warisan kultural yang kondusif bagi pembangunan.
Inilah persepsi, harapan, dan tuntutan masyarakat modern terhadap pendidikan yang menjadi agent of change. Oleh sebab itu, pendidikan dalam masyarakat, mau tidak mau, bergerak searah dengan pandangan masyarakat tersebut. Memang, hal ini menjadi sangat dilematis, menimbang keberadaan pendidikan agent of transformation, yang semestinya mengendalikan perubahan masyarakat tapi eksistensinya ditentukan oleh pandangan masyarakat itu sendiri. Dengan demikian, hal terpenting bagi pendidikan adalah memformulasikan pandangan-pandangan tersebut agar pendidikan dapat menjadi wahana bagi masyarakat untuk mencapai tujuan hidup yang sebenarnya.
2)      Pandangan Masyarakat Pedalaman Tentang Pendidikan
Akhir-akhir ini para pendidik dan seluruh lapisan pemerintah Indonesia yang bekerja di bidang pendidikan,bahkan juga pengamat pendidikan sedang memperbincangkan kurikulum 2013 yang di programkan pemerintah. Kebijakan pemerintah ini tak luput dari pro dan kontra,ada yang tidak setuju atas perubahan kurikulum ini dan tak sedikit juga yang mendukung kurikulum ini untuk digunakan di sekolah dasar sampai sekolah menengah atas. Ada beragam alasan kurikulum ini tidak disetujui berbagai pihak dan alsannya cukup beragam. Saya sendiri termasuk orang yang tidak setuju dengan kurikulim 2013 ini, karena kurikulum ini belum teruji bisa meningkatkan prestasi siswa-siswi di sekolah. Tak luput juga dari pandangan saya hal ini hanya menghabiskan banyak waktu dan membuang banyak biaya saja. Mengapa kita tidak menggunakan kurikulum yang lama saja. Yang perlu di tingkatkan adalah kemampuan para pendidik agar dapat mendidik dengan profesional, sehingga menghasilkan generasi penerus yang kreatif,inovatif,dan cerdas.
Berbicara lebih jauh masalah kurikulum juga tak ada gunanya jika tanpa usaha lain untuk meningkatkan tingkat pendidikan anak bangsa Indonesia. Kita ketahui Indonesia ini sangat luas dan memiliki banyak penduduk di desa maupun di kota-kota besar. Sebut saja kota Jakarta yang memiliki segalanya dari sarana dan prasarana pendidikan, berbeda jauh dengan daerah-daerah terpencil seperti di pedalam Kalimantan dan Papua, sarana dan prasarana sangat cukup minim, ditambah lagi terbatasnya tenaga pendidik di daerah-daerah ini.
Kondisi ini cukup memprihatinkan, ditambah lagi minat untuk bersekolah sangat-sangatlah kurang. Padahal pendidikan sangatlah penting demi meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Kalimantan mungkin kaya dengan alamnya,tetapi kekayaan itu tidaklah berguna dan bisa dimanfaatkan dengan baik jika sumber daya manusianya kurang baik. Sumber daya manusia dilihat dari tingkat pendidikan masyarakatnya, semua ini tak akan terus terjadi jika masyarakat pedalaman ini sadar akan pendidikan. Faktor-faktor yang menyebapkan masyarakat pedalaman tak berminat untuk mengenyam pendidikan lebih tinggi adalah dana yang dibutuhkan sangatlah besar. Mungkin banyak lagi faktor yang saya tidak ketahui, yang memang menjadi masalah adalah pemerintah daerahnya sendiri tidak memberi program yang baik untuk meningkatkan kualitas pendidikan penduduk daerahnya. Hal ini bisa dilihat dari kucuran anggaran dana daerah untuk program beasiswa sangatlah sedikit, sehingga masyarakat yang berprestasi tetapi kurang mampu akhirnya terputus sekolahnya.
Kejadian ini pun selalu terulang dari waktu ke waktu, sehingga perkembangan pendidikan di daerah sangatlah lambat dan memprihatinkan. Situasi ini di salah artikan oleh masyarakat daerah, mereka menyimpulkan bersekolah itu tidak ada gunanya tidak akan dapat merubah nasib, yang ada tamat SMA akan kerja juga di hutan mencari makan dari hasil hutan. Maka dari itu hanya sedikit orang tua yang mau dan peduli dengan pendidikan anaknya. Banyak dari mereka malah memotifasi anaknya untuk ikut bekerja di hutan untuk mencari uang. Setelah anaknya tadi bisa mencari uang dan bekerja sendiri, anak itupun di perbolehkan mencari pasangan hidupnya. Dan terjadi pernikahan dini, hal itu pun menjadi sebuah pola hidup masyarakat.




























BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Antropologi Pendidikan adalah Antropologi pendidikan adalah penelaahan akademis tentang sistem pendidikan dari sudut pandang budaya. Antropologi pendidikan merupakan generalisasi tentang manusia dan perilakunya ketika berhubungan dengan fakta pendidikan. Antropologi pendidikan menyajikan  aplikasi teori dan metode yang digunakan untuk menelaah tindak tanduk dan persepsi masyarakat terkait pendidikan. Antropologi pendidikan bertujuan menambah wawasan pengetahuan tentang pendidikan melalui perspektif budaya dan alat telaah terhadap praktik pendidikan di mayarakat tertentu atau masyarakat secara umum. ruang lingkup antropologi pendidikan terkait dengan pola pandang masyarakat mengenai makna, peran, dan fungsi pendidikan dalam kacamata mereka sesuai dengan tingkaatn nalarnya. Selain itu, ruang lingkup antropologi pendidikan menyangkut pula praktik pendidikan masyarakat tertentu dengan karakteristik khas, seperti masyarakat adat, masyarakat petani, masyarakat industri, dan lain-lain.
Kemudian tujuan adanya Antropologi Pendidikan untuk mencetak generasi yang berbudaya, untuk mengenalkan muatan budaya bangsa yang bersumber dari budaya lokal, nasional maupun global, untuk menstimulasi terciptanya budaya hasil inovasi, untuk mentradisikan penghormatan terhadap anekaragaman budaya, untuk mempertahankan budaya adiluhung, dan agar siap dan sanggup menerima realitas budaya.












DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. 1990. Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta: UI Press.
Mahmud dan Ija Suntana. 2012. Antropologi Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.
Sudarsono, Agus. 2015. Modul: Sosio-Antropologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY
Dwi, Luktya. Diunduh pada tanggal 15 Oktober 2015 dari http://imadiklus.com/konsep-perkembangan-antropologi-pendidikan/
Fahrudin, Edi dkk. Diunduh pada tanggal 10 Oktober 22015 dari https://www.academia.edu/8106683/Antropologi_Pendidikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar