BUDAYA
BELAJAR MERUPAKAN
FAKTOR
PENENTU KEBERHASILAN BELAJAR
Disusun Untuk Memenuhi
Tugas Sosio-Antropolgi Pendidikan
Dosen Pengampu: Agus
Sudarsono, M.Pd

Disusun Oleh:
Suci Indah Sari
14416241034
P.IPS A 2014
PENDIDIKAN ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI
YOGYAKARTA
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Belajar merupakan salah satu hal
terpenting bagi seseorang, karena dengan belajar tersebut seseorang akan
menjadi lebih baik dari sebelumnya, seperti perubahan tingkah laku dan
berkembangnya pola pikir seseorang. Namun yang dewasa ini terjadi, yaitu asumsi
bahwa belajar hanya berorientasi pada nilai kita. Padahal belajar itu sendiri
tidak hanya berorientasi pada nilai saja, tetapi juga perubahan tingkah laku
kita. Dengan belajar seseorang akan mendapat pengetahuan dan wawasan yang lebih
luas.
Dengan belajar kita mengharapkan sesuatu
yang berbeda dari sebelumnya pada diri kita dengan kata lain kita mengaharapkan
suatu keberhasilan belajar dari proses kita belajar. Keberhasilan belajar itu
sendiri adalah apabila terjadi perubahan perilaku dalam diri kita, misalnya
perubahan pola pikir kita yang lebih rasional dan lebih kritis lagi.
Keberhasilan belajar tersebut akan terwujud apabila didukung oleh budaya belajar
kita yang baik, seperti budaya kepatuhan. Budaya kepatuhan disini yang dimaksud
yaitu kita harus mendisiplinkan diri untuk belajar jika hasilnya ingin baik.
Dalam mencapai sesuatu hal yang kita
inginkan pastinya akan muncul banyak permasalahan yang harus dihadapi,
begitupula dalam mencapai keberhasilan belajar juga muncul masalah-masalah
terkait dengan belajar, misalnya motivasi belajar. Apabila motivasi belajar
kita rendah maka untuk mencapai keberhasilan akan terhambat, karena kita tidak
lagi memiliki semangat dan motivasi untuk belajar. Permasalahan tersebut harus
segera diselesaikan agar tidak terlalu mengahmbat proses mencapai keberhasilan,
tergantung kita sendiri menyikapi permasalahan tersebut.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa
konsep dari belajar, budaya belajar, dan keberhasilan belajar?
2. Bagaimana
budaya belajar yang baik bagi siswa?
3. Apa
saja permasalahan yang muncul dalam belajar serta cara mengatasi masalah
tersebut?
4. Bagaimana
strategi meningkatkan budaya belajar bagi siswa?
5. Bagaimana
hubungan antara budaya belajar yang baik dengan keberhasilan belajar?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui
konsep dari belajar, budaya belajar, dan keberhasilan belajar.
2. Mengetahui
budaya belajar yang baik bagi siswa.
3. Mengetahui
permasalahan yang muncul dalam belajar serta cara mengatasi masalah tersebut.
4. Mengetahui
strategi meningkatkan budaya belajar bagi siswa.
5. Mengetahui
hubungan antara budaya belajar yang baik dengan keberhasilan belajar.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep
Belajar, Budaya Belajar, dan Keberhasilan Belajar
A. Konsep
Belajar
Belajar
merupakan proses perubahan tingkah laku seorang individu dengan lingkungannya
yang mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik maupun tingkah laku yang
lebih buruk yang terjadi melalui latihan atau pengalaman yang menyangkut
berbagai aspek kepribadian.
Sumardi
Suryabrata (2001: 232) menjelaskan hal-hal mengenai belajar, yaitu:
1) Belajar
merupakan suatu proses, yang mengakibatkan perubahan perilaku pada individu.
2) Perubahan
itu pada pokoknya adalah didapatkan kecakapan baru.
3) Perubahan
tersebut terjadi karena adanya usaha secara sengaja.
Sedangkan
menurut Bimo Walgito (2003: 167), menjelaskan bahwa belajar, yaitu:
1) Belajar
merupakan suatu proses, yang mengakibatkan perubahan perilaku pada individu
2) Perubahan
perilaku itu dapat aktual, yaitu yang menampak, tetapi juga dapat bersifat
potensial, yang tidak menampak saat itu, akan nampak di lain kesempatan.
3) Perubahan
yang disebabkan karena belajar akan
bersifat permanen, yang berarti perubahan itu bertahan dalam waktu yang relatif
lama.
4) Perubahan
perilaku baik yang aktual maupu yang potensial yang merupakan hasil belajar,
merupakan perubahan yang melalui pengalaman atau latihan.
Ciri-ciri perilaku belajar, yaitu:
1) Perubahan
tingkah laku terjadi secara sadar.
2) Perubahan
bersifat kontinu dan fungsional.
3) Perubahan
bersifat positif dan aktif.
4) Perubahan
bersifat permanen.
5) Perubahan
dalam belajar bertujuan dan terarah.
6) Perubahan
mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Menurut Bimo Walgito (2003: 168-169),
menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses dan belajar sebagai suatu sistem.
·
Belajar sebagai suatu
proses
Proses
belajar itu tidak nampak, yang nampak hanya hasil belajar saja. Karena belajar
merupakan suatu proses, maka dalam belajar adanya masukan, yaitu yang akan
diproses dan adanya hasil dari proses tersebut. Belajar merupakan sesuatu yang
terjadi dalam diri individu yang disebabkan karena latihan atau pengalaman
sehingga menimbulkan perubahan perilaku.
·
Belajar sebagai suatu
sistem
Didalam
proses belajar terdapat berbagai elemen yang saling berkaitan, berhubungan, dan
bekerjasama. Semua itu berinteraksi dalam proses belajar, yang pada akhirnya
akan mempengaruhi hasil belajar. Apabila salah satu faktor terganggu, maka
proses dan hassil juga akan terganggu. Masing-masing faktor akan saling
berkaitan, karenanya belajar itu merupakan suatu sistem. Apabila masukan
instrumental terganggu, maka proses akan terganggu.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar (Ngalim Purwwanto, 2006: 103):
1.
Faktor
dari dalam diri sendiri individu
a.
Kematangan
atau pertumbuhan
b.
Kecerdasan
c.
Motivasi
d.
Sifat
pribadi seseorang
e.
Kondisi
fisik seseorang
2.
Faktor
dari luar diri seseorang
a.
Guru
dan cara mengajar
b.
Sarana
dan prasarana belajar
c.
Lingkungan
B. Konsep
Budaya Belajar
Budaya
belajar merupakan suatu tata cara dimana suatu pelajaran sesuai dengan
norma-norma serta nilai-nilai dengan berbagai tipe pelajaran. Nilai-nilai dan
norma-nroma tersebut dapat digunakan sebagai rujukan untuk kita melaksanakan
tugas pelajaran sesuai dengan norma-norma yang menjadi suatu kerangka yan
relatif kohesif.
Budaya
belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam melaksanakan tugas belajar yang
dilakukan kita untuk menjadikan belajar sebagai kebiasaan, dimana jika
kebiasaan itu tidak dilaksanakan, berarti melanggar suatu nilai atau patokan
yang ada, dan menjadikan belajar sebagai kegemaran dan kesenangan, sehinga
motivai belajar muncul dari dalam diri kita itu sendiri yang akhirnya
produktifitas belajar meningkat.
Budaya
belajar mengandung arti adanya perubahan kebiasaan belajar. Perubahan ini
mencakup perubahan sikap, nilai, dan perilaku tertentu serta struktur
organisasi belajar sesuai dengaan tuntutan budaya belajar, sehingga dengan
aadnya perubahan ini akan memberikan dampak terhadap kita, baik itu dampak
negatif maupun positif, sebab kita akan mempelajari aturan-aturan yang sesuai
dengan budaya belajar untuk mecaapi tujuan. Tanggung jawab utama terhadap
pelajaran pola perilaku yang dilakukan untuk pelaksanaan belajar yang efektif
dan norma-norma serta nilai-nilai yang berlaku.
C.
Konsep Keberhasian
Belajar
Keberhasilan
belajar adalah tercapainya
keadaan proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya atau dengan kata
lain keberhasilan belajar adalah perubahan yang individu atau peserta didik peroleh
dari proses belajar mengajar.
Keberhasilan
belajar merupakan prestasi peserta didik yang dicapai dalam proses belajar
mengajar. Untuk mengatahui keberhasilan belajar tersebut terdapat beberapa
indikator yang dapat dijasikan petunjuk bahwa proses belajar mengajar tersebut
dianggap berhasil atau tidak.
Indikator
keberhasilan belajar, yaitu:
1)
Daya serap terhadap bahan pengajaran
yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun
kelompok.
2)
Perilaku yang digariskan dalam
tujuan pengajarkan intruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa, baik
secara individual maupun kelompok.
3)
Berbagai jenis perbuatan atau
pembentukan tingkah laku peserta didik, seperti kebiasaan, keterampilan,
akumulasi persepsi, asosiasi dan hafalan, pemahaman dan konsep, nilai, serta
moral dan agama.
Penilaian hasil belajar bertujuan melihat kemajuan
belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah
dipelajarinya sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan
belajar tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar berdasarkan
tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan kedalam
jenis penilaian sebagai berikut:
1) Tes
Formatif
Penilaian
ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan
bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok
bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfatkan untuk memperbaiki proses belajar
mengajar bahan tertentu dalam bahan tertentu.
2) Tes Subsumatif
Tes ini meliputi
sejumlah bahan pengajaran dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk
memperoleh gambaran daya para siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar
siswa. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar
mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.
3) Tes Sumatif
Tes ini
diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok bahasan
yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua tahun pelajaran.
Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa
dalam suatu periode pembelajaran tertentu. Hasil dari tes sumatif ini
dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (ranking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.
Setiap
proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah yang
dihadapi adalah sampai ditingkat mana prestasi (hasil) belajar yang telah
dicapai. Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan proses mengajar itu dibagi
atas beberapa tingkatan atau taraf. Tingkatan keberhasilan tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Istimewa/maksimal
: Apabila seluruh bahan
pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai para siswa.
b. Baik
sekali/optimal : Apabila sebagian besar (76% s.d.99%) bahan
pembelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.
c. Baik/minimal
: Apabila bahan pembelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d.75%
saja dikuasai oleh siswa.
d. Kurang
: Apabila bahan pembelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh
siswa.
2.2
Budaya Belajar yang
Baik
Budaya
belajar adalah melaksanakan proses pendidikan dari guru, penerima bimbingan serta
mengerjakan evaluasi. Agar budaya belajar dapat terlaksana dengan baik, maka
kita perlu menerapkan budaya sebagai berikut:
1) Budaya
Kepatuhan
Belajar
berhubungan dengan aspek kemanusiaan, oleh karena itu upaya yang dilakukan kita
dalam menerapkan budaya belajar diantaranya adalah menerapkan komitmen yang
baik dalam melaksanakan pendidikan. Komitmen merupakan salah satu nilai
universal yang terpenting. Tanpa komitmen yang tinggi, sulit untuk bisa efektif
dan sukses dalam pelajaran. Tanpa saling menunjukkan rasa komitmen yang tinggi
hubungan proses belajar tidak akan berlangsung langgeng. Memberikan komitmen
berarti menggiatkan diri dengan upaya keras untuk mampu memenuhinya.
Membudayakan
komitmen membutuhkan contoh-contoh perbuatan baik sehari-hari dan proses
pembudayaannya berlangsung secara alami. Adapun budaya komitmen tersebut
adalah:
a. Tepat
waktu dalam belajar
b. Disiplin
dalam belajar
c. Setia
dan loyal dalam belajar
d. Bertekad
meningkatkan mutu dalam belajar
2) Budaya
Inovatif
Inovatif
adalah suatu perubahan yang baru dan kualitatif berbeda dari hal yang ada
sebelumnya serta sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai
tujuan tertentu. Demikianpun siswa yang novatif akan memiliki gagasan, ide-ide
dan perilaku yang mendukung terhadap perubahan tersebut.
3) Budaya
Profesional bagi Siswa
Siswa
merupakan faktor yang sangat penting dalam keselruhan perangkat penggerak
pendidik, disamping faktor lainnya. Berkenaan dengan bidang pengabdian serta
tugas yang dihadapinya maka kita harus memiliki budaya profesional.
Profesinoal
pada hakikatnya akan melakukan pelayanan ataupun pengabdian yang dilandasi
dengan kemampuan profesionalisme serta falsafah yang mantap yang harus dimiliki
seorang pelajar profesional tersebut.
Kemantapan
pribadi berpengaruh terhadap tugas yang dijalankan, demikian juga kematapan
pribadi kita dalam melaksanakan proses pendidikan akan berpengaruh terhadap
situasi pembelajaran yang diselenggarakan. Karena pribadi yang mantap dan
mempunyai integritas yang tinggi setiap permasalahan yang dihadapi bisa
terpecahkan, hal ini akan berpengaruh terhadap ketenangan proses pembelajaran.
Adapun kemampuan yang harus dimiliki secara profesional demi tercapainya tujuan
dan mutu pendidikan, yaitu peka terhadap perubahan dan pembaharuan serta
berusahan memperoleh hasil kerja sebaik-baiknya.
4) Budaya
Berprestasi
Siswa
yang memiliki budaya belajar tentu memiliki budaya berprestasi, yaitu memiliki
pola pikir yang mantap, kemampuan, pola sikap, dan berketrampilan dalam
berbagai hal, sehingga siswa tersebut dalam melaksanakan proses belajar
benar-benar menguasai berbagai ilmu pengetahuan, pengalaman, dan teknik belajar
untuk mencapai yang lebih baik.
Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi siswa dalam proses belajar, sebagai
berikut:
a. Faktor
pribadi, terdiri dari (1) keinginan untuk mencapai apa yang dicita-citakan (2)
minat pribadi mempengaruhi belajar (3) pola kepribadian (4) nilai pribadi (5) jenis kelamin (6) latar belakang keluarga.
b. Faktor
lingkungan, terdiri dari (1) ambisi (2) harapan sosial (3) tekanan dari teman
(4) budaya masyarakat yang menginginkan semua untuk maju (5) nilai sosial yang
bervariasi dengan bidang prestasi (6) media massa mendorong prestasi (7)
penghargaan sosial bagi sebuah prestasi
Siswa yang beprestasi memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Memiliki
sikap dan pikiran positif untuk meningkatkan belajar
b. Memiliki
kemampuan yang berhubungan dengan proses belajar dan upaya peningkatan kemajuan
belajar.
5) Budaya
Memuaskan
Siswa
yang baik akan memiliki budaya memuaskan dalam proses belajar kepada berbagai
pihak pemerintah, para guru, maupun orangtua dan masyarakat, sebab kita tumbuh
dan berkembang karena dukungan berbagai pihak. Sudah sepatutnya kita diajarkan
untuk berkomitmen untuk dapat belajar terus menerus dalam upaya menjamin hari
depan siswa.
6) Budaya
Integritas
Siswa
yang memiliki budaya integritas, yaitu memiliki kepribadian mandiri dalam
melaksanakan tugas dan kinerja. Budaya integritas yang dilaksanakan merupakan
pengalaman yang didapatkan dari proses belajar mengajar dan interaksi dengan
masyarakat sekolah, sehingga mampu memberikan motivasi yang tinggi terhadap
para siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dari budaya integritas dalam
proses pembelajaran siswa akan dihargai oleh guru, mendapat penghargaa, serta
siswa terbiasa berlaku rajin dan jujur. Siswa yang melaksanakan budaya
integritas akan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara rajin dan
jujur.
2.3 Permasalahan
Belajar dan Solusi Mengatasinya
1. Perilaku
Menyontek
Perilaku
menyontek biasanya terjadi bila ada ulangan dan ujian. Menurut hasil penelitian
longitudinal Anderman (2006) melalui Mubiar Agustin (2011:4) menunjukkan bahhwa
menyontek sering dilakukan oleh siswa SMP dikarenakan adanya perubahan keadaan
lingkunngan belajar yang dialami siswa, yaitu masa transisi dari sekolah dasar
ke sekolah menengah, perubahan struktur kelas yang kecil menjadi yang lebih
besar, sehingga lingkungan sekolah menjadi lebih kompetitif. Cara yang dipakai
oleh siswa biasanya agar mereka mendapatkan nilai yang lebih tinggi dan menghindari
nilai lebih buruk. Menyontek dapat timbul karena terjadi niat, tercipta
kepercayaan, sikap dan intensi untuk menyontek. Salah satu faktor menyontek
yaitu malas belajar (Klausmeier, 1985, melalui Mubiar Agustin, 2011:5).
Faktor-faktor
penyebab siswa menyontek, yaitu:
-
Sikap malas
-
Mereka ingin memiliki
banyak teman dan ingin populer
-
Pendidikan moral
-
Kurang mengerti arti
pendidikan
-
Tekanan yang diberikan
kepada hasil studi berupa angka dan nilai yang diperoleh siswa dalam test
formatif atau sumatif.
-
Tekanan dari orangtua
untuk mendapatkan nilai yang baik
-
KKM yang harus dicapai
siswa
Solusi
Orangtua sebagai lembaga keluarga dalam
mengatasi anaknya yang menyontek yaitu dengan tidak terlalu menuntut anak untuk
mendapatkan nilai yang baik dan memuaskan, karena hal itu justru akan berdampak
pada psikologi anak. Karena tuntutan dari orangtua tersebut, maka anak akan
melakukan berbagai cara agar dapat memmnuhi tuntutan orangtuanya tersebut, salah
satunya dengan menyontek.
Sedangkan peran dari guru dan pihak
sekolah sebagai lembaga sekolah yaitu:
-
Membentuk hubungan
saling menghargai antara guru-siswa, serta menolong murid bertindak jujura dan
bertanggung jawab.
-
Membuat dan mendukung
pertauran sekolah sehunungan dengan menyontek.
-
Mengembangkan kebiasaan
dan keterampilan belajar yang baik dan meolong siswa untuk merencanakan dan
melaksanakan cara belajar yang baik.
-
Tidak membiarkan siswa
menyontek di dalam kelas, misalnya dengan teguran.
-
Menekankan belajar
lebih dari sekedar mendapat nilai.
-
Bertanggung jawab
merefleksikan kebenaran dan kejujuran.
-
Menggunakan tes
subjektif sebagai dasar proses ulangan dan ujian.
2. Kejenuhan
Belajar
Kejenuhan
belajar ialah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar, tetapi tidak
mendatangkan hasil (Reber, 1988 melalui Mubiar Agustin, 2011:12). Kejenuhan
membuat siswa tidak dapat menerima pelajaran yangs sedang diberikan oleh guru
mereka dengan baik.
Kejenuhan
belajar dapat melanda siswa apabila mereka telah kehilangan motivasi dan
konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum siswa sampai pada
tingkat keterampilan berikutnya (Chaplin, 1972 melalui Mubiar Agustin,
2011:12).
Faktor
yang memengaruhi kejenuhan belajar, yaitu faktor internal berupa keletihan pada
diri individu sendiri dan faktor eksternal berupa faktor lingkungan, sarana dan
prasarana, dan guru.
Solusi
untuk mengatasi kejenuhan belajar, yaitu:
-
Istirahat dan makan
makanan yang bergizi
-
Pengubahan atau
penjadwalan kembali jam-jam belajar
-
Memberikan motivasi dan
stimulasi baru agar siswa terdorong untuk belajar lebih giat.
-
Cari manfaat dari
belajar yang dilakukan.
-
Melakukan belajar
dengan perasaan senang dan kreatif.
-
Menganggap belajar itu
sebagai kebutuhan yang mendesak.
-
Lakukan diskusi kelompok.
3.
Motivasi Belajar Siswa Rendah
Motivasi belajar adalah kondisi psikis yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu, yang berarti pula mendorong seseorang untuk belajar.
Motivasi dapat dilihat dari keaktifan idividu di dalam kelas, partisipasi dalam
kegiatan belajar-mengajar, komitmen terhadap tugas, dan lain-lain.
Menurut Winkel motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di
dalam diri siswa yang meimbulkan kegiatan belajar, yang kelangsungan dari
kegiatan beajar itu, maka tujuan yang dikehendaki oleh siswa tercapai.motivasi
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu motivasi intrinsk dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi intrinsik yaitu motivasi yang muncul dari dalam diri individu sendiri,
sedangkan motivasi ekstrinsik adalaah motivasi yang berada dari luar diri
individu.
Dorongan dari dalam diri individu lebih berarti dibandingkan dengan
dorongan dari luar diri iindividu, sebab dorongan dari dalam diri merupakan
kesadaran mental, yang tidak bersifat sementara dan merupakan persyaratan bagi
tumbuhnya pelaksanaan proses belajar dengan baik. Motivasi tersebut akan muncul
bila kegiatan yang dilakukan dirasakannya mempunyai nilai intrinsik atau
berarti bagi individu itu sendiri.
Namun banyak kasus bahwa motivasi belajar justru rendah, yang
disebabkan karena berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor
eksternal. Kurangnya motivasi belajar karena faktor internal tersebut adalah
tidak adanya rangsangan dan gairah untuk belajar, karena siswa tersebut kurang
memahami akan tujuan dan kebutuhan hdiup, sehingga ia malas untuk belajar.
Sedangkan yang dikarenakan faktor eksternal adalah gairah dan semnagat
belajarnya tidak ada. Biasanya disebabkan kurangnya perhatian dari ebrbagai
pihak, baik pihak keluarga, sekolah, masyarakat, maupun pemerintah.
Beberapa alasan yang menyebabkan motivasi belajar siswa menurun adalah:
a)
Proses pembelajaran lebih tampak
sebagai proses alih informasi dari guru kepada siswa, akibatnya siswa memiliki
informasi sebagai pengetahuan tanpa memiliki kemampuan memilih dan
menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga impilkasinya kurang
dirasakan kebermaknanya secara fungsional.
b)
Proses pembelajaran lebih banyak
menyajikan materi yang terdapat dalam buku teks, tanpa memasukkan masalah
sosial yang etrdapat dalam lingkungan siswa.
c)
Proses pembelajaran cenderung
dirancang oleh guru secara sepihak untuk kepentingan penyajian materi, sehingga
proses pembelajaran cenderung lebih banyak menghapal daripada mengembangkan
kemampuan berfikir dan mengemabngkan nilai-nilai kurang.
d)
Adanya kesenjangan antara
perolehan kognitif tingkat rendah dengan afektif dan psikomotorik,
mengakibatkan nilai- dan moral terabaikan dalam proses belajar.
e)
Proses belajar kurang menyentuh
pengembangan kemampuan berfikir tingkat tinggi, mengakibatkan siswa sulit
melibatkan dalam memecahkan masalah sosial.
f)
Metode dan teknik pembelajaran
pengembangan nilai belum banyak digunakan sehingga hanya mengembangkan
pengetahuan nilai dan moral.
Solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut, yaitu dengan menjelaskan
tujuan belajar ke siswa, memberikan hadiah, memberi pujiann dan hukuman,
membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar, membentuk kebiasaan
belajar yang baik, membantu kesulitan belajar siswa, serta menggunakan metode
yang bervariasi dalam mengajar.
Selain itu peran orangtua atau lembaga keluarga dan guru atau lembaga
sekolah dalam menangani masalah tersebut sangat penting, karena kedua lembaga
tersebut merupakan lembaga pendidikan.
Peran lembaga keluarga atau orangtua yaitu dengan cara mengontrol
anaknya dalam kegiatan belajar dan semua kegiatan anak, serta orangtua harus
mengetahui permasalahan anaknya dan berusaha membei dukungan dan motivasi agar
anaknya mampu berprestasi dan berhasil menggapai cita-citanya. Sedangkan dari
lembaga sekolah atau guru dengan cara memberikan motivasi kepada siswa dengan
penuh kasih sayang dan menempatkan hukuman sesuai paad tempatnya. Mengingat
bahwa guru adalah orangtua kedua bagi siswa di sekolah, peran guru selain
menjadi pengajar juga harus menjadi pendidik.
2.4 Strategi Peningkatan Budaya Belajar Bagi Siswa
1.
Aktif dan kreatif
Siswa yang aktif adalah siswa yang giat dalam belajar dan berusaha
untuk memperoleh hasil yang memuaskan. Kemudian ssiwa yang kreatif adalah siswa
yang memiliki kemampuan mencari ide-ide baru dan merealisasikannya untuk ecapai
kemajuan dan memperoleh hasil belajar yang sesuai dengan tujuan.
Siswa yang aktif dan kreatif dalam belajar sangat menunjang keberhasan
belajar. Oleh karena itu aktivitas dan kreativitas penting dimiliki oleh para
siswa dalam menyelenggarakan proses belajar.
Siswa yang aktif dan kreatif akan mengenali berbagai sumber yang dapat
digunakan dalam proses belajar, dalam melaksanakan tugas dan pelajaran sesuai
dengan sasaran yang hendak dicapai, serta selalu menciptakan suasana belajar
yang memungkinkan belajar secara aktif dan kreatif dan memerlukan dorongan yang
diberikan oleh atasan.
Faktor yang mendukung terjadinya aktivitas dan kreativitas siswa adalah
(a) tersedianya waktu yang longgar (b) kesempatan menyadari siswa yang tidak
memiliki tekanan dan mendapatkan kesempatan untuk menyadari (c)adanya dorongan
siswa yang aktif dan kreatif memiliki dorongan tertentu (d) adanya sarana
penunjang, dan (e) lingkungan yang merangsang lingkungan sekolah.
Ciri-ciri siswa aktif dan kreatif:
a.
Siswa yang aktif
Siswa
yang aktif dalam prose belajar adalah:
1)
Membuat perencanaan
2)
Menciptakan organisasi belajar
3)
Menggerakkan aktif untuk
memancing, membangkitkan, dan mendorong proses belajar yang efektif dan efisien
4)
Melaksanakan super visi dan
pengawasan
b.
Siswa yang kreatif
Untuk meningkatkan proses belajar siswa harus kreatif dalam
mengembangakan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki, sehingga
tujuan belajar yang hendak dicpaai berhasil dengan baik. Adapun ciri-ciri kita
yang kreatif adalah sebagai berikut:
1)
Mempunyai daya juang yang tinggii
2)
Tidak terlalu patuh paad aturan
yang berlaku
3)
Memiliki kesenangan mengolah
gagasan atau ide-ide
4)
Tegas dan lugas dalam mengambil
keputusan
5)
Tenang dan percaya diri dalam
melaksanakan pelajaran
6)
Memiliki keyakinan diri yang kuat
dan penuh rasa tanggung jawab dalam melakukan suatu pelajaran.
7)
Memiliki solidaritas yang tinnggi
dengan teman
8)
Memiliki rasa keterbukaan dan
selalu optimis
9)
Memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi dan dikembangkan melalui berbagai kegiatan.
10) Dinamis dan penuh inisiatif
11) Memiliki seni dalam berinteraksi antara siswa dalam belajar.
2.
Produktif
Untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari pelajaran, para siswa
harus belajar dengan produktifitas yang tinggi, sehingga tujuan belajar yang
telah ditetapkan dapat dicapai dengan baik pula. Sebab pada dasarnya siswa yang
produktif memiliki kemampuan belajar yang sesuai dengan isi pelajaran,
menciptakan lingkungan belajar yang nyaman, menghasilkan sesuatu dan mampu
menciptakan hubungan belajar yang harmonis.
Siswa yang produktif akan mampu menggunakan dan mmanfaatkan
bahan-bahan, sumber-sumber, waktu dan faktor-faktor lain yang mendukung
terlaksananya proses belajar dengan efektif dan efisien sehingga menghasilkan
sesuatu yang lebih baik.
Ciri-ciri kita yang produktif adalah sebagai berikut:
a.
Menyusun kerangka atau rencana
belajar sebelum melakukan tugas belajar.
b.
Mampu belajar secara efektif dan
efisien
c.
Mampu melihat hasil belajar yang
produktif dan tidak produktif.
3.
Efektif dan efisien
Kita yang efektif dan efisien akan menghasilkan proses pembelajaran
yang bermutu karena kita memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya dan
memanfaatkan fasilitas pembelajaran dengan sebaik-baiknya pula, serta
penggunaan dana seirit mungkkin tetapi mengahsilkan lulusan yang berkualitas,
sehingga tujuan pendidikan yang teah ditetapkan dapat tercapai dengan baik.
Efektivitas dapat kita lihat pada: (a) masukan merata (b) keluaran yang
banyak dan bermutu tinggi (c) ilmu dan keluaran sesuai dengan kebutuhan
masyarakat (d) pendapatan tamatan dan keluaran yang memadai.
Efisien dapat kita lihat pada: (a) kegairahan akan motivasi belajar
yang tinggi (b) semangat belajar yang besar (c) kepercayaan berbagai pihak (d)
waktu dan tenaga yang sekecil mungkin tetapi mengahsilkan sesuatu yang besar
dan mendekati rasional.
Kriteria keberhasilan tersebut sangat penting dalam pendidikan,
sehingga apapun yang akan diterapkan supaya diukur atau dipertimbangkan atas
kriteria keberhasilan.
Siswa yang efektif dan efisien dalam melaksanakan proses pembelajaran
berarti kemampuannya meningkatkan budaya belajar, karena efektif dan efisiennya
proses pembelajaran dapat meningkatkan mutu pendidikan.
2.5 Hubungan Budaya Belajar yang Baik Menyebabkan Keberhasilan Belajar
Budaya belajar sebagai faktor penentu keberhasilan belajar, yaitu:
1.
Dengan budaya belajar semua
pelajaran dapat dikerjakan dengan terarah, tertib, dan teratur sehingga tujuan
yang diharapkan mudah untuk dicapai.
2.
Dengan budaya belajar kreativitas
kita dapat terpusat kesatu arah tujuan yang tepat.
3.
Menjadikan kita belajar dengan
dinamis, dan inovatif, sehingga semua hal yang dikerjakan akan menghasilkan
sesuatu yang bergunna.
4.
Aktivitas belajar meningkat
kualitasnya, karena budaya belajar
memberikan rasa peka terhadap pengaruh dari luar, sehingga kita udah
terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat negatif.
5.
Semua kegiatan belajar bisa
dilaksanakan secara efisien dan efektif.
6.
Semua aktivitas belajar yang
sedang berlangsung dapat memberikan suasana yang menyenangkan dan harmonis.
7.
Aktivitas belajar berdasarkan
budaya belajar dapat mengoptimalkan hasil belajar.
8.
Dapat mendorong kita untuk
mengerjakan pelajaran secara bekerjasama dan menghasilkan suatu pencapaian
tujuan yang optimal dalam waktu singkat.
9.
Pelaksanaan budaya belajar
merupakan manifestasi disiplin nasional.
10. Suasana dan situasi belajar yang berdasarkan budaya belajar mudah
mengarahkan kita kepada tujuan dan program belajar.
Apabila budaya belajar kita baik, maka akan mudah untuk mencapai
keberhasilan belajar, karena seseorang dikatakan berhasil dalam belajar apabila
sudah terjadi perubahan perilaku dalam diri seseorang. Jadi, budaya belajar
sangat mempengaruhi keberhasilan belajar dan keduanya saling berhubungan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku seorang individu dengan
lingkungannya yang mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik maupun tingkah
laku yang lebih buruk yang terjadi melalui latihan atau pengalaman yang
menyangkut berbagai aspek kepribadian. Budaya belajar merupakan suatu tata cara
dimana suatu pelajaran sesuai dengan norma-norma serta nilai-nilai dengan
berbagai tipe pelajaran. Budaya belajar mengandung arti adanya perubahan
kebiasaan belajar. Keberhasilan belajar adalah tercapainya keadaan proses perubahan yaitu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Budaya belajar yang baik, yaitu budaya kepatuhan,
budaya inovatif, budaya profesional bagi siswa, budaya berprestasi, budaya
memuaskan, dan budaya integritas. Dalam belajar pastinya muncul
masalah-masalah, diantaranya masalah menyontek, kejenuhan belajar, dan motivasi
belajar yang rendah. Strategi untuk meningkatkan mutu, yaitu aktif dan kreatif,
produktif, serta efektif dan efisien. Apabila budaya belajar kita
baik, maka akan mudah untuk mencapai keberhasilan belajar, karena seseorang
dikatakan berhasil dalam belajar apabila sudah terjadi perubahan perilaku dalam
diri seseorang.
Saran
-
Untuk siswa
Dalam
menghadapi permasalahan yang muncul dalam belajar, yaitu tidak perlu panik dan
yakin bahwa semua permasalahan dapat terselesaikan dengan baik asal kita yakin
dan mengingat tujuan awal kita untuk belajar.
-
Untuk orangtua dan guru atau pihak
sekolah
Mendukung siswa untuk melakukan hal-hal positif yang dapat mendukung
kegiatan belajar siswa. Selalu memotivasi ketika siswa menghadapi masalah dan
berusaha untuk membantu menyelesaikan permasalahan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, Mubiar. 2011. Permasalahan Belajar dan Inovasi pembelajaran:
Panduan
untuk Guru, Konselor, psikolog, Orangtua, dan Tenaga
Kependidikan. Bandung: Refika Aditama.
Purwanto, Ngalim. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sudarsono, Agus. 2015. Modul Sosio-Antropologi Pendidikan. UNY: FIS
Pendidikan IPS.
Suryabrata, Sumadi. 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Walgito, Bimo. 2003. Pengantar Psikologi
Umum. Yogyakarta: ANDI.
LAMPIRAN
SOAL LATIHAN !
1. Apa
hakikat dari budaya belajar?
Budaya
belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam melaksanakan tugas belajar yang
dilakukan kita untuk menjadikan belajar sebagai kebiasaan, dimana jika
kebiasaan itu tidak dilaksanakan, berarti melanggar suatu nilai atau patokan
yang ada, dan menjadikan belajar sebagai kegemaran dan kesenangan, sehinga
motivai belajar muncul dari dalam diri kita itu sendiri yang akhirnya
produktifitas belajar meningkat.
2. Jelaskan
ciri-ciri dari perilaku belajar?
a. Perubahan
tingkah laku terjadi secara sadar.
b. Perubahan
bersifat kontinu dan fungsional.
c. Perubahan
bersifat positif dan aktif.
d. Perubahan
bersifat permanen.
e. Perubahan
dalam belajar bertujuan dan terarah.
f.
Perubahan mencakup
seluruh aspek tingkah laku.
3. Sebutkan
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar seseorang!
1) Faktor
dari dalam diri sendiri individu: Kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, motivasi,
sifat pribadi seseorang, kondisi fisik seseorang
2)
Faktor dari luar diri
seseorang: guru dan cara mengajar, sarana dan prasarana belajar, serta
lingkungan
4. Jelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi siswa!
·
Faktor pribadi, terdiri
dari (1) keinginan untuk mencapai apa yang dicita-citakan (2) minat pribadi
mempengaruhi belajar (3) pola kepribadian (4) nilai pribadi (5) jenis kelamin (6) latar belakang
keluarga.
·
Faktor lingkungan,
terdiri dari (1) ambisi (2) harapan sosial (3) tekanan dari teman (4) budaya
masyarakat yang menginginkan semua untuk maju (5) nilai sosial yang bervariasi
dengan bidang prestasi (6) media massa mendorong prestasi (7) penghargaan
sosial bagi sebuah prestasi.
5. Bagaimanakah
budaya belajar yang baik? Jelaskan!
e.
Budaya kepatuhan dengan
cara tepat waktu dalam belajar, disiplin dalam belajar, setia dan loyal dalam
belajar, serta bertekad meningkatkan mutu dalam belajar.
f.
Budaya inovatif yaitu
memiliki gagasan, ide-ide dan perilaku yang mendukung terhadap perubahan
tersebut.
g.
Budaya profesional
siswa yaitu dengan memiliki dan menanamka pribadi yang mantap dan mempunyai
integritas yang tinggi setiap permasalahan yang dihadapi bisa terpecahkan, hal
ini akan berpengaruh terhadap ketenangan proses pembelajaran.
h.
Budaya berprestasi
yaitu memiliki prestasibaik akademik maupun non akademik agar mampu menguasai
ilmu pengetahuan dan teknik belajar sehingga akan mudah dalam mencapai hasil
belajar yang lebih baik.
i.
Budaya memuaskan, kita
harus senantiasa memuaskan orangtua, guru, dan pemerintah melalui prestatsi
kita.
j.
Budaya integritas,
budaya ini pneitng karena siswa yang melaksanakan budaya integritas akan
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara rajin dan jujur.
6. Bagaimanakah
peran orangtua dalam mengatasi perilaku anak yang menyontek?
Dengan
tidak terlalu menuntut anak untuk mendapatkan nilai yang baik dan memuaskan,
karena hal itu justru akan berdampak pada psikologi anak. Karena tuntutan dari
orangtua tersebut, maka anak akan melakukan berbagai cara agar dapat memmnuhi
tuntutan orangtuanya tersebut, salah satunya dengan menyontek.
7. Apakah
yang dimaksud dengan motivasi belajar?
Motivasi
belajar adalah kondisi psikis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu,
yang berarti pula mendorong seseorang untuk belajar. Motivasi dapat dilihat
dari keaktifan idividu di dalam kelas, partisipasi dalam kegiatan
belajar-mengajar, komitmen terhadap tugas, dan lain-lain.
8.
Bagaimana strategi
meningkatkan budaya belajar siswa?
a.
Aktif dan kreatif Siswa yang aktif
dan kreatif dalam belajar sangat menunjang keberhasan belajar. Oleh karena itu
aktivitas dan kreativitas penting dimiliki oleh para siswa dalam
menyelenggarakan proses belajar.
b. Produktif
Untuk
menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari pelajaran, para siswa harus belajar
dengan produktifitas yang tinggi, sehingga tujuan belajar yang telah ditetapkan
dapat dicapai dengan baik pula. Sebab pada dasarnya siswa yang produktif
memiliki kemampuan belajar yang sesuai dengan isi pelajaran, menciptakan
lingkungan belajar yang nyaman, menghasilkan sesuatu dan mampu menciptakan
hubungan belajar yang harmonis.
c.
Efektif dan efisien
d.
Kita yang efektif dan efisien akan
menghasilkan proses pembelajaran yang bermutu karena kita memanfaatkan waktu
dengan sebaik-baiknya dan memanfaatkan fasilitas pembelajaran dengan sebaik-baiknya
pula, serta penggunaan dana seirit mungkkin tetapi mengahsilkan lulusan yang
berkualitas, sehingga tujuan pendidikan yang teah ditetapkan dapat tercapai
dengan baik.
9.
Bagaimana ciri-ciri anak yang
kreatif?
a.
Mempunyai daya juang yang tinggii
b.
Tidak terlalu patuh paad aturan
yang berlaku
c.
Memiliki kesenangan mengolah
gagasan atau ide-ide
d.
Tegas dan lugas dalam mengambil
keputusan
e.
Tenang dan percaya diri dalam
melaksanakan pelajaran
f.
Memiliki keyakinan diri yang kuat
dan penuh rasa tanggung jawab dalam melakukan suatu pelajaran.
g.
Memiliki solidaritas yang tinnggi
dengan teman
h.
Memiliki rasa keterbukaan dan
selalu optimis
i.
Memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi dan dikembangkan melalui berbagai kegiatan.
j.
Dinamis dan penuh inisiatif
k.
Memiliki seni dalam berinteraksi
antara siswa dalam belajar.
10. Mengapa budaya belajar dapat mempengaruhi keberhasilan belajar?
Karena
keberhasilan belajar pastinya berawal dari budaya belajar itu sendiri selain
dari proses belajar. Apabila budaya belajar baik maka kemungkinan besar bahwa
keberhasilan belajarpun juga akan baik pula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar