Minggu, 24 April 2016

BUDAYA BELAJAR MERUPAKAN
FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN BELAJAR
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Sosio-Antropolgi Pendidikan
Dosen Pengampu: Agus Sudarsono, M.Pd

Description: Logo_uny.gif

Disusun Oleh:
Suci Indah Sari
14416241034
P.IPS A 2014



PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
        Belajar merupakan salah satu hal terpenting bagi seseorang, karena dengan belajar tersebut seseorang akan menjadi lebih baik dari sebelumnya, seperti perubahan tingkah laku dan berkembangnya pola pikir seseorang. Namun yang dewasa ini terjadi, yaitu asumsi bahwa belajar hanya berorientasi pada nilai kita. Padahal belajar itu sendiri tidak hanya berorientasi pada nilai saja, tetapi juga perubahan tingkah laku kita. Dengan belajar seseorang akan mendapat pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
       Dengan belajar kita mengharapkan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya pada diri kita dengan kata lain kita mengaharapkan suatu keberhasilan belajar dari proses kita belajar. Keberhasilan belajar itu sendiri adalah apabila terjadi perubahan perilaku dalam diri kita, misalnya perubahan pola pikir kita yang lebih rasional dan lebih kritis lagi. Keberhasilan belajar tersebut akan terwujud apabila didukung oleh budaya belajar kita yang baik, seperti budaya kepatuhan. Budaya kepatuhan disini yang dimaksud yaitu kita harus mendisiplinkan diri untuk belajar jika hasilnya ingin baik.
         Dalam mencapai sesuatu hal yang kita inginkan pastinya akan muncul banyak permasalahan yang harus dihadapi, begitupula dalam mencapai keberhasilan belajar juga muncul masalah-masalah terkait dengan belajar, misalnya motivasi belajar. Apabila motivasi belajar kita rendah maka untuk mencapai keberhasilan akan terhambat, karena kita tidak lagi memiliki semangat dan motivasi untuk belajar. Permasalahan tersebut harus segera diselesaikan agar tidak terlalu mengahmbat proses mencapai keberhasilan, tergantung kita sendiri menyikapi permasalahan tersebut.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa konsep dari belajar, budaya belajar, dan keberhasilan belajar?
2.      Bagaimana budaya belajar yang baik bagi siswa?
3.      Apa saja permasalahan yang muncul dalam belajar serta cara mengatasi masalah tersebut?
4.      Bagaimana strategi meningkatkan budaya belajar bagi siswa?
5.      Bagaimana hubungan antara budaya belajar yang baik dengan keberhasilan belajar?
1.3  Tujuan
1.      Mengetahui konsep dari belajar, budaya belajar, dan keberhasilan belajar.
2.      Mengetahui budaya belajar yang baik bagi siswa.
3.      Mengetahui permasalahan yang muncul dalam belajar serta cara mengatasi masalah tersebut.
4.      Mengetahui strategi meningkatkan budaya belajar bagi siswa.
5.      Mengetahui hubungan antara budaya belajar yang baik dengan keberhasilan belajar.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Konsep Belajar, Budaya Belajar, dan Keberhasilan Belajar
A.    Konsep Belajar
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku seorang individu dengan lingkungannya yang mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik maupun tingkah laku yang lebih buruk yang terjadi melalui latihan atau pengalaman yang menyangkut berbagai aspek kepribadian.
Sumardi Suryabrata (2001: 232) menjelaskan hal-hal mengenai belajar, yaitu:
1)      Belajar merupakan suatu proses, yang mengakibatkan perubahan perilaku pada individu.
2)      Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkan kecakapan baru.
3)      Perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha secara sengaja.
Sedangkan menurut Bimo Walgito (2003: 167), menjelaskan bahwa belajar, yaitu:
1)      Belajar merupakan suatu proses, yang mengakibatkan perubahan perilaku pada individu
2)      Perubahan perilaku itu dapat aktual, yaitu yang menampak, tetapi juga dapat bersifat potensial, yang tidak menampak saat itu, akan nampak di lain kesempatan.
3)      Perubahan yang disebabkan  karena belajar akan bersifat permanen, yang berarti perubahan itu bertahan dalam waktu yang relatif lama.
4)      Perubahan perilaku baik yang aktual maupu yang potensial yang merupakan hasil belajar, merupakan perubahan yang melalui pengalaman atau latihan.
Ciri-ciri perilaku belajar, yaitu:
1)      Perubahan tingkah laku terjadi secara sadar.
2)      Perubahan bersifat kontinu dan fungsional.
3)      Perubahan bersifat positif dan aktif.
4)      Perubahan bersifat permanen.
5)      Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah.
6)      Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Menurut Bimo Walgito (2003: 168-169), menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses dan belajar sebagai suatu sistem.
·         Belajar sebagai suatu proses
Proses belajar itu tidak nampak, yang nampak hanya hasil belajar saja. Karena belajar merupakan suatu proses, maka dalam belajar adanya masukan, yaitu yang akan diproses dan adanya hasil dari proses tersebut. Belajar merupakan sesuatu yang terjadi dalam diri individu yang disebabkan karena latihan atau pengalaman sehingga menimbulkan perubahan perilaku.
·         Belajar sebagai suatu sistem
Didalam proses belajar terdapat berbagai elemen yang saling berkaitan, berhubungan, dan bekerjasama. Semua itu berinteraksi dalam proses belajar, yang pada akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar. Apabila salah satu faktor terganggu, maka proses dan hassil juga akan terganggu. Masing-masing faktor akan saling berkaitan, karenanya belajar itu merupakan suatu sistem. Apabila masukan instrumental terganggu, maka proses akan terganggu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar (Ngalim Purwwanto, 2006: 103):
1.      Faktor dari dalam diri sendiri individu
a.       Kematangan atau pertumbuhan
b.      Kecerdasan
c.       Motivasi
d.      Sifat pribadi seseorang
e.       Kondisi fisik seseorang
2.      Faktor dari luar diri seseorang
a.       Guru dan cara mengajar
b.      Sarana dan prasarana belajar
c.       Lingkungan

B.     Konsep Budaya Belajar
Budaya belajar merupakan suatu tata cara dimana suatu pelajaran sesuai dengan norma-norma serta nilai-nilai dengan berbagai tipe pelajaran. Nilai-nilai dan norma-nroma tersebut dapat digunakan sebagai rujukan untuk kita melaksanakan tugas pelajaran sesuai dengan norma-norma yang menjadi suatu kerangka yan relatif kohesif.
Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam melaksanakan tugas belajar yang dilakukan kita untuk menjadikan belajar sebagai kebiasaan, dimana jika kebiasaan itu tidak dilaksanakan, berarti melanggar suatu nilai atau patokan yang ada, dan menjadikan belajar sebagai kegemaran dan kesenangan, sehinga motivai belajar muncul dari dalam diri kita itu sendiri yang akhirnya produktifitas belajar meningkat.
Budaya belajar mengandung arti adanya perubahan kebiasaan belajar. Perubahan ini mencakup perubahan sikap, nilai, dan perilaku tertentu serta struktur organisasi belajar sesuai dengaan tuntutan budaya belajar, sehingga dengan aadnya perubahan ini akan memberikan dampak terhadap kita, baik itu dampak negatif maupun positif, sebab kita akan mempelajari aturan-aturan yang sesuai dengan budaya belajar untuk mecaapi tujuan. Tanggung jawab utama terhadap pelajaran pola perilaku yang dilakukan untuk pelaksanaan belajar yang efektif dan norma-norma serta nilai-nilai yang berlaku.

C.     Konsep Keberhasian Belajar
Keberhasilan belajar adalah tercapainya keadaan proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya atau dengan kata lain keberhasilan belajar adalah perubahan yang individu atau peserta didik peroleh dari proses belajar mengajar.
Keberhasilan belajar merupakan prestasi peserta didik yang dicapai dalam proses belajar mengajar. Untuk mengatahui keberhasilan belajar tersebut terdapat beberapa indikator yang dapat dijasikan petunjuk bahwa proses belajar mengajar tersebut dianggap berhasil atau tidak.
Indikator keberhasilan belajar, yaitu:
1)      Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.
2)      Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajarkan intruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.
3)      Berbagai jenis perbuatan atau pembentukan tingkah laku peserta didik, seperti kebiasaan, keterampilan, akumulasi persepsi, asosiasi dan hafalan, pemahaman dan konsep, nilai, serta moral dan agama.

Penilaian hasil belajar bertujuan melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan kedalam jenis penilaian sebagai berikut:
1)   Tes Formatif
Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam bahan tertentu.
2)      Tes Subsumatif
Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya para siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.
3)      Tes Sumatif
Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode pembelajaran tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (ranking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.
Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah yang dihadapi adalah sampai ditingkat mana prestasi (hasil) belajar yang telah dicapai. Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan proses mengajar itu dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf. Tingkatan keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut :
a.       Istimewa/maksimal        : Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai para siswa.
b.      Baik sekali/optimal        : Apabila sebagian besar (76% s.d.99%) bahan pembelajaran    yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.
c.       Baik/minimal                 :  Apabila bahan  pembelajaran yang diajarkan hanya 60%  s.d.75% saja dikuasai oleh siswa.
d.      Kurang                           : Apabila bahan pembelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.

2.2  Budaya Belajar yang Baik
Budaya belajar adalah melaksanakan proses pendidikan dari guru, penerima bimbingan serta mengerjakan evaluasi. Agar budaya belajar dapat terlaksana dengan baik, maka kita perlu menerapkan budaya sebagai berikut:


1)      Budaya Kepatuhan
Belajar berhubungan dengan aspek kemanusiaan, oleh karena itu upaya yang dilakukan kita dalam menerapkan budaya belajar diantaranya adalah menerapkan komitmen yang baik dalam melaksanakan pendidikan. Komitmen merupakan salah satu nilai universal yang terpenting. Tanpa komitmen yang tinggi, sulit untuk bisa efektif dan sukses dalam pelajaran. Tanpa saling menunjukkan rasa komitmen yang tinggi hubungan proses belajar tidak akan berlangsung langgeng. Memberikan komitmen berarti menggiatkan diri dengan upaya keras untuk mampu memenuhinya.
Membudayakan komitmen membutuhkan contoh-contoh perbuatan baik sehari-hari dan proses pembudayaannya berlangsung secara alami. Adapun budaya komitmen tersebut adalah:
a.       Tepat waktu dalam belajar
b.      Disiplin dalam belajar
c.       Setia dan loyal dalam belajar
d.      Bertekad meningkatkan mutu dalam belajar
2)      Budaya Inovatif
Inovatif adalah suatu perubahan yang baru dan kualitatif berbeda dari hal yang ada sebelumnya serta sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu. Demikianpun siswa yang novatif akan memiliki gagasan, ide-ide dan perilaku yang mendukung terhadap perubahan tersebut.
3)      Budaya Profesional bagi Siswa
Siswa merupakan faktor yang sangat penting dalam keselruhan perangkat penggerak pendidik, disamping faktor lainnya. Berkenaan dengan bidang pengabdian serta tugas yang dihadapinya maka kita harus memiliki budaya profesional.
Profesinoal pada hakikatnya akan melakukan pelayanan ataupun pengabdian yang dilandasi dengan kemampuan profesionalisme serta falsafah yang mantap yang harus dimiliki seorang pelajar profesional tersebut.
Kemantapan pribadi berpengaruh terhadap tugas yang dijalankan, demikian juga kematapan pribadi kita dalam melaksanakan proses pendidikan akan berpengaruh terhadap situasi pembelajaran yang diselenggarakan. Karena pribadi yang mantap dan mempunyai integritas yang tinggi setiap permasalahan yang dihadapi bisa terpecahkan, hal ini akan berpengaruh terhadap ketenangan proses pembelajaran. Adapun kemampuan yang harus dimiliki secara profesional demi tercapainya tujuan dan mutu pendidikan, yaitu peka terhadap perubahan dan pembaharuan serta berusahan memperoleh hasil kerja sebaik-baiknya.
4)      Budaya Berprestasi
Siswa yang memiliki budaya belajar tentu memiliki budaya berprestasi, yaitu memiliki pola pikir yang mantap, kemampuan, pola sikap, dan berketrampilan dalam berbagai hal, sehingga siswa tersebut dalam melaksanakan proses belajar benar-benar menguasai berbagai ilmu pengetahuan, pengalaman, dan teknik belajar untuk mencapai yang lebih baik.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi siswa dalam proses belajar, sebagai berikut:
a.       Faktor pribadi, terdiri dari (1) keinginan untuk mencapai apa yang dicita-citakan (2) minat pribadi mempengaruhi belajar (3) pola kepribadian (4) nilai pribadi  (5) jenis kelamin (6) latar belakang keluarga.
b.      Faktor lingkungan, terdiri dari (1) ambisi (2) harapan sosial (3) tekanan dari teman (4) budaya masyarakat yang menginginkan semua untuk maju (5) nilai sosial yang bervariasi dengan bidang prestasi (6) media massa mendorong prestasi (7) penghargaan sosial bagi sebuah prestasi
Siswa yang beprestasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Memiliki sikap dan pikiran positif untuk meningkatkan belajar
b.      Memiliki kemampuan yang berhubungan dengan proses belajar dan upaya peningkatan kemajuan belajar.
5)      Budaya Memuaskan
Siswa yang baik akan memiliki budaya memuaskan dalam proses belajar kepada berbagai pihak pemerintah, para guru, maupun orangtua dan masyarakat, sebab kita tumbuh dan berkembang karena dukungan berbagai pihak. Sudah sepatutnya kita diajarkan untuk berkomitmen untuk dapat belajar terus menerus dalam upaya menjamin hari depan siswa.
6)      Budaya Integritas
Siswa yang memiliki budaya integritas, yaitu memiliki kepribadian mandiri dalam melaksanakan tugas dan kinerja. Budaya integritas yang dilaksanakan merupakan pengalaman yang didapatkan dari proses belajar mengajar dan interaksi dengan masyarakat sekolah, sehingga mampu memberikan motivasi yang tinggi terhadap para siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dari budaya integritas dalam proses pembelajaran siswa akan dihargai oleh guru, mendapat penghargaa, serta siswa terbiasa berlaku rajin dan jujur. Siswa yang melaksanakan budaya integritas akan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara rajin dan jujur.

2.3  Permasalahan Belajar dan Solusi Mengatasinya
1.      Perilaku Menyontek
Perilaku menyontek biasanya terjadi bila ada ulangan dan ujian. Menurut hasil penelitian longitudinal Anderman (2006) melalui Mubiar Agustin (2011:4) menunjukkan bahhwa menyontek sering dilakukan oleh siswa SMP dikarenakan adanya perubahan keadaan lingkunngan belajar yang dialami siswa, yaitu masa transisi dari sekolah dasar ke sekolah menengah, perubahan struktur kelas yang kecil menjadi yang lebih besar, sehingga lingkungan sekolah menjadi lebih kompetitif. Cara yang dipakai oleh siswa biasanya agar mereka mendapatkan nilai yang lebih tinggi dan menghindari nilai lebih buruk. Menyontek dapat timbul karena terjadi niat, tercipta kepercayaan, sikap dan intensi untuk menyontek. Salah satu faktor menyontek yaitu malas belajar (Klausmeier, 1985, melalui Mubiar Agustin, 2011:5).
Faktor-faktor penyebab siswa menyontek, yaitu:
-          Sikap malas
-          Mereka ingin memiliki banyak teman dan ingin populer
-          Pendidikan moral
-          Kurang mengerti arti pendidikan
-          Tekanan yang diberikan kepada hasil studi berupa angka dan nilai yang diperoleh siswa dalam test formatif atau sumatif.
-          Tekanan dari orangtua untuk mendapatkan nilai yang baik
-          KKM yang harus dicapai siswa
Solusi
Orangtua sebagai lembaga keluarga dalam mengatasi anaknya yang menyontek yaitu dengan tidak terlalu menuntut anak untuk mendapatkan nilai yang baik dan memuaskan, karena hal itu justru akan berdampak pada psikologi anak. Karena tuntutan dari orangtua tersebut, maka anak akan melakukan berbagai cara agar dapat memmnuhi tuntutan orangtuanya tersebut, salah satunya dengan menyontek.
Sedangkan peran dari guru dan pihak sekolah sebagai lembaga sekolah yaitu:
-          Membentuk hubungan saling menghargai antara guru-siswa, serta menolong murid bertindak jujura dan bertanggung jawab.
-          Membuat dan mendukung pertauran sekolah sehunungan dengan menyontek.
-          Mengembangkan kebiasaan dan keterampilan belajar yang baik dan meolong siswa untuk merencanakan dan melaksanakan cara belajar yang baik.
-          Tidak membiarkan siswa menyontek di dalam kelas, misalnya dengan teguran.
-          Menekankan belajar lebih dari sekedar mendapat nilai.
-          Bertanggung jawab merefleksikan kebenaran dan kejujuran.
-          Menggunakan tes subjektif sebagai dasar proses ulangan dan ujian.
2.      Kejenuhan Belajar
Kejenuhan belajar ialah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil (Reber, 1988 melalui Mubiar Agustin, 2011:12). Kejenuhan membuat siswa tidak dapat menerima pelajaran yangs sedang diberikan oleh guru mereka dengan baik.
Kejenuhan belajar dapat melanda siswa apabila mereka telah kehilangan motivasi dan konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum siswa sampai pada tingkat keterampilan berikutnya (Chaplin, 1972 melalui Mubiar Agustin, 2011:12).
Faktor yang memengaruhi kejenuhan belajar, yaitu faktor internal berupa keletihan pada diri individu sendiri dan faktor eksternal berupa faktor lingkungan, sarana dan prasarana, dan guru.
Solusi untuk mengatasi kejenuhan belajar, yaitu:
-          Istirahat dan makan makanan yang bergizi
-          Pengubahan atau penjadwalan kembali jam-jam belajar
-          Memberikan motivasi dan stimulasi baru agar siswa terdorong untuk belajar lebih giat.
-          Cari manfaat dari belajar yang dilakukan.
-          Melakukan belajar dengan perasaan senang dan kreatif.
-          Menganggap belajar itu sebagai kebutuhan yang mendesak.
-          Lakukan diskusi kelompok.
3.      Motivasi Belajar Siswa Rendah
Motivasi belajar adalah kondisi psikis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, yang berarti pula mendorong seseorang untuk belajar. Motivasi dapat dilihat dari keaktifan idividu di dalam kelas, partisipasi dalam kegiatan belajar-mengajar, komitmen terhadap tugas, dan lain-lain.
Menurut Winkel motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang meimbulkan kegiatan belajar, yang kelangsungan dari kegiatan beajar itu, maka tujuan yang dikehendaki oleh siswa tercapai.motivasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu motivasi intrinsk dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik yaitu motivasi yang muncul dari dalam diri individu sendiri, sedangkan motivasi ekstrinsik adalaah motivasi yang berada dari luar diri individu.
Dorongan dari dalam diri individu lebih berarti dibandingkan dengan dorongan dari luar diri iindividu, sebab dorongan dari dalam diri merupakan kesadaran mental, yang tidak bersifat sementara dan merupakan persyaratan bagi tumbuhnya pelaksanaan proses belajar dengan baik. Motivasi tersebut akan muncul bila kegiatan yang dilakukan dirasakannya mempunyai nilai intrinsik atau berarti bagi individu itu sendiri.
Namun banyak kasus bahwa motivasi belajar justru rendah, yang disebabkan karena berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Kurangnya motivasi belajar karena faktor internal tersebut adalah tidak adanya rangsangan dan gairah untuk belajar, karena siswa tersebut kurang memahami akan tujuan dan kebutuhan hdiup, sehingga ia malas untuk belajar. Sedangkan yang dikarenakan faktor eksternal adalah gairah dan semnagat belajarnya tidak ada. Biasanya disebabkan kurangnya perhatian dari ebrbagai pihak, baik pihak keluarga, sekolah, masyarakat, maupun pemerintah.
Beberapa alasan yang menyebabkan motivasi belajar siswa menurun adalah:
a)      Proses pembelajaran lebih tampak sebagai proses alih informasi dari guru kepada siswa, akibatnya siswa memiliki informasi sebagai pengetahuan tanpa memiliki kemampuan memilih dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga impilkasinya kurang dirasakan kebermaknanya secara fungsional.
b)      Proses pembelajaran lebih banyak menyajikan materi yang terdapat dalam buku teks, tanpa memasukkan masalah sosial yang etrdapat dalam lingkungan siswa.
c)      Proses pembelajaran cenderung dirancang oleh guru secara sepihak untuk kepentingan penyajian materi, sehingga proses pembelajaran cenderung lebih banyak menghapal daripada mengembangkan kemampuan berfikir dan mengemabngkan nilai-nilai kurang.
d)     Adanya kesenjangan antara perolehan kognitif tingkat rendah dengan afektif dan psikomotorik, mengakibatkan nilai- dan moral terabaikan dalam proses belajar.
e)      Proses belajar kurang menyentuh pengembangan kemampuan berfikir tingkat tinggi, mengakibatkan siswa sulit melibatkan dalam memecahkan masalah sosial.
f)       Metode dan teknik pembelajaran pengembangan nilai belum banyak digunakan sehingga hanya mengembangkan pengetahuan nilai dan moral.
Solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut, yaitu dengan menjelaskan tujuan belajar ke siswa, memberikan hadiah, memberi pujiann dan hukuman, membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar, membentuk kebiasaan belajar yang baik, membantu kesulitan belajar siswa, serta menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajar.
Selain itu peran orangtua atau lembaga keluarga dan guru atau lembaga sekolah dalam menangani masalah tersebut sangat penting, karena kedua lembaga tersebut merupakan lembaga pendidikan.
Peran lembaga keluarga atau orangtua yaitu dengan cara mengontrol anaknya dalam kegiatan belajar dan semua kegiatan anak, serta orangtua harus mengetahui permasalahan anaknya dan berusaha membei dukungan dan motivasi agar anaknya mampu berprestasi dan berhasil menggapai cita-citanya. Sedangkan dari lembaga sekolah atau guru dengan cara memberikan motivasi kepada siswa dengan penuh kasih sayang dan menempatkan hukuman sesuai paad tempatnya. Mengingat bahwa guru adalah orangtua kedua bagi siswa di sekolah, peran guru selain menjadi pengajar juga harus menjadi pendidik.

2.4  Strategi Peningkatan Budaya Belajar Bagi Siswa
1.      Aktif dan kreatif
Siswa yang aktif adalah siswa yang giat dalam belajar dan berusaha untuk memperoleh hasil yang memuaskan. Kemudian ssiwa yang kreatif adalah siswa yang memiliki kemampuan mencari ide-ide baru dan merealisasikannya untuk ecapai kemajuan dan memperoleh hasil belajar yang sesuai dengan tujuan.
Siswa yang aktif dan kreatif dalam belajar sangat menunjang keberhasan belajar. Oleh karena itu aktivitas dan kreativitas penting dimiliki oleh para siswa dalam menyelenggarakan proses belajar.
Siswa yang aktif dan kreatif akan mengenali berbagai sumber yang dapat digunakan dalam proses belajar, dalam melaksanakan tugas dan pelajaran sesuai dengan sasaran yang hendak dicapai, serta selalu menciptakan suasana belajar yang memungkinkan belajar secara aktif dan kreatif dan memerlukan dorongan yang diberikan oleh atasan.
Faktor yang mendukung terjadinya aktivitas dan kreativitas siswa adalah (a) tersedianya waktu yang longgar (b) kesempatan menyadari siswa yang tidak memiliki tekanan dan mendapatkan kesempatan untuk menyadari (c)adanya dorongan siswa yang aktif dan kreatif memiliki dorongan tertentu (d) adanya sarana penunjang, dan (e) lingkungan yang merangsang lingkungan sekolah.
Ciri-ciri siswa aktif dan kreatif:
a.       Siswa yang aktif
Siswa yang aktif dalam prose belajar adalah:
1)      Membuat perencanaan
2)      Menciptakan organisasi belajar
3)      Menggerakkan aktif untuk memancing, membangkitkan, dan mendorong proses belajar yang efektif dan efisien
4)      Melaksanakan super visi dan pengawasan
b.      Siswa yang kreatif
Untuk meningkatkan proses belajar siswa harus kreatif dalam mengembangakan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki, sehingga tujuan belajar yang hendak dicpaai berhasil dengan baik. Adapun ciri-ciri kita yang kreatif adalah sebagai berikut:
1)      Mempunyai daya juang yang tinggii
2)      Tidak terlalu patuh paad aturan yang berlaku
3)      Memiliki kesenangan mengolah gagasan atau ide-ide
4)      Tegas dan lugas dalam mengambil keputusan
5)      Tenang dan percaya diri dalam melaksanakan pelajaran
6)      Memiliki keyakinan diri yang kuat dan penuh rasa tanggung jawab dalam melakukan suatu pelajaran.
7)      Memiliki solidaritas yang tinnggi dengan teman
8)      Memiliki rasa keterbukaan dan selalu optimis
9)      Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan dikembangkan melalui berbagai kegiatan.
10)  Dinamis dan penuh inisiatif
11)  Memiliki seni dalam berinteraksi antara siswa dalam belajar.

2.      Produktif
Untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari pelajaran, para siswa harus belajar dengan produktifitas yang tinggi, sehingga tujuan belajar yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan baik pula. Sebab pada dasarnya siswa yang produktif memiliki kemampuan belajar yang sesuai dengan isi pelajaran, menciptakan lingkungan belajar yang nyaman, menghasilkan sesuatu dan mampu menciptakan hubungan belajar yang harmonis.
Siswa yang produktif akan mampu menggunakan dan mmanfaatkan bahan-bahan, sumber-sumber, waktu dan faktor-faktor lain yang mendukung terlaksananya proses belajar dengan efektif dan efisien sehingga menghasilkan sesuatu yang lebih baik.
Ciri-ciri kita yang produktif adalah sebagai berikut:
a.       Menyusun kerangka atau rencana belajar sebelum melakukan tugas belajar.
b.      Mampu belajar secara efektif dan efisien
c.       Mampu melihat hasil belajar yang produktif dan tidak produktif.

3.      Efektif dan efisien
Kita yang efektif dan efisien akan menghasilkan proses pembelajaran yang bermutu karena kita memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya dan memanfaatkan fasilitas pembelajaran dengan sebaik-baiknya pula, serta penggunaan dana seirit mungkkin tetapi mengahsilkan lulusan yang berkualitas, sehingga tujuan pendidikan yang teah ditetapkan dapat tercapai dengan baik.
Efektivitas dapat kita lihat pada: (a) masukan merata (b) keluaran yang banyak dan bermutu tinggi (c) ilmu dan keluaran sesuai dengan kebutuhan masyarakat (d) pendapatan tamatan dan keluaran yang memadai.
Efisien dapat kita lihat pada: (a) kegairahan akan motivasi belajar yang tinggi (b) semangat belajar yang besar (c) kepercayaan berbagai pihak (d) waktu dan tenaga yang sekecil mungkin tetapi mengahsilkan sesuatu yang besar dan mendekati rasional.
Kriteria keberhasilan tersebut sangat penting dalam pendidikan, sehingga apapun yang akan diterapkan supaya diukur atau dipertimbangkan atas kriteria keberhasilan.
Siswa yang efektif dan efisien dalam melaksanakan proses pembelajaran berarti kemampuannya meningkatkan budaya belajar, karena efektif dan efisiennya proses pembelajaran dapat meningkatkan mutu pendidikan.

2.5  Hubungan Budaya Belajar yang Baik Menyebabkan Keberhasilan Belajar
Budaya belajar sebagai faktor penentu keberhasilan belajar, yaitu:
1.      Dengan budaya belajar semua pelajaran dapat dikerjakan dengan terarah, tertib, dan teratur sehingga tujuan yang diharapkan mudah untuk dicapai.
2.      Dengan budaya belajar kreativitas kita dapat terpusat kesatu arah tujuan yang tepat.
3.      Menjadikan kita belajar dengan dinamis, dan inovatif, sehingga semua hal yang dikerjakan akan menghasilkan sesuatu yang bergunna.
4.      Aktivitas belajar meningkat kualitasnya, karena budaya  belajar memberikan rasa peka terhadap pengaruh dari luar, sehingga kita udah terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat negatif.
5.      Semua kegiatan belajar bisa dilaksanakan secara efisien dan efektif.
6.      Semua aktivitas belajar yang sedang berlangsung dapat memberikan suasana yang menyenangkan dan harmonis.
7.      Aktivitas belajar berdasarkan budaya belajar dapat mengoptimalkan hasil belajar.
8.      Dapat mendorong kita untuk mengerjakan pelajaran secara bekerjasama dan menghasilkan suatu pencapaian tujuan yang optimal dalam waktu singkat.
9.      Pelaksanaan budaya belajar merupakan manifestasi disiplin nasional.
10.  Suasana dan situasi belajar yang berdasarkan budaya belajar mudah mengarahkan kita kepada tujuan dan program belajar.

Apabila budaya belajar kita baik, maka akan mudah untuk mencapai keberhasilan belajar, karena seseorang dikatakan berhasil dalam belajar apabila sudah terjadi perubahan perilaku dalam diri seseorang. Jadi, budaya belajar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar dan keduanya saling berhubungan.







                                            










BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku seorang individu dengan lingkungannya yang mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik maupun tingkah laku yang lebih buruk yang terjadi melalui latihan atau pengalaman yang menyangkut berbagai aspek kepribadian. Budaya belajar merupakan suatu tata cara dimana suatu pelajaran sesuai dengan norma-norma serta nilai-nilai dengan berbagai tipe pelajaran. Budaya belajar mengandung arti adanya perubahan kebiasaan belajar. Keberhasilan belajar adalah tercapainya keadaan proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Budaya belajar yang baik, yaitu budaya kepatuhan, budaya inovatif, budaya profesional bagi siswa, budaya berprestasi, budaya memuaskan, dan budaya integritas. Dalam belajar pastinya muncul masalah-masalah, diantaranya masalah menyontek, kejenuhan belajar, dan motivasi belajar yang rendah. Strategi untuk meningkatkan mutu, yaitu aktif dan kreatif, produktif, serta efektif dan efisien. Apabila budaya belajar kita baik, maka akan mudah untuk mencapai keberhasilan belajar, karena seseorang dikatakan berhasil dalam belajar apabila sudah terjadi perubahan perilaku dalam diri seseorang.


Saran
-          Untuk siswa
Dalam menghadapi permasalahan yang muncul dalam belajar, yaitu tidak perlu panik dan yakin bahwa semua permasalahan dapat terselesaikan dengan baik asal kita yakin dan mengingat tujuan awal kita untuk belajar.
-          Untuk orangtua dan guru atau pihak sekolah
Mendukung siswa untuk melakukan hal-hal positif yang dapat mendukung kegiatan belajar siswa. Selalu memotivasi ketika siswa menghadapi masalah dan berusaha untuk membantu menyelesaikan permasalahan tersebut.












DAFTAR PUSTAKA
Agustin, Mubiar. 2011. Permasalahan Belajar dan Inovasi pembelajaran:
Panduan untuk Guru, Konselor, psikolog, Orangtua, dan Tenaga
Kependidikan. Bandung: Refika Aditama.
Purwanto, Ngalim. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sudarsono, Agus. 2015. Modul Sosio-Antropologi Pendidikan. UNY: FIS
Pendidikan IPS.
Suryabrata, Sumadi. 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Walgito, Bimo. 2003. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: ANDI.                  







LAMPIRAN
SOAL LATIHAN !
1.      Apa hakikat dari budaya belajar?
Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam melaksanakan tugas belajar yang dilakukan kita untuk menjadikan belajar sebagai kebiasaan, dimana jika kebiasaan itu tidak dilaksanakan, berarti melanggar suatu nilai atau patokan yang ada, dan menjadikan belajar sebagai kegemaran dan kesenangan, sehinga motivai belajar muncul dari dalam diri kita itu sendiri yang akhirnya produktifitas belajar meningkat.
2.      Jelaskan ciri-ciri dari perilaku belajar?
a.       Perubahan tingkah laku terjadi secara sadar.
b.      Perubahan bersifat kontinu dan fungsional.
c.       Perubahan bersifat positif dan aktif.
d.      Perubahan bersifat permanen.
e.       Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah.
f.       Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
3.      Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar seseorang!
1)      Faktor dari dalam diri sendiri individu: Kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, motivasi, sifat pribadi seseorang, kondisi fisik seseorang
2)      Faktor dari luar diri seseorang: guru dan cara mengajar, sarana dan prasarana belajar, serta lingkungan
4.      Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi siswa!
·         Faktor pribadi, terdiri dari (1) keinginan untuk mencapai apa yang dicita-citakan (2) minat pribadi mempengaruhi belajar (3) pola kepribadian (4) nilai pribadi  (5) jenis kelamin (6) latar belakang keluarga.
·         Faktor lingkungan, terdiri dari (1) ambisi (2) harapan sosial (3) tekanan dari teman (4) budaya masyarakat yang menginginkan semua untuk maju (5) nilai sosial yang bervariasi dengan bidang prestasi (6) media massa mendorong prestasi (7) penghargaan sosial bagi sebuah prestasi.
5.      Bagaimanakah budaya belajar yang baik? Jelaskan!
e.       Budaya kepatuhan dengan cara tepat waktu dalam belajar, disiplin dalam belajar, setia dan loyal dalam belajar, serta bertekad meningkatkan mutu dalam belajar.
f.       Budaya inovatif yaitu memiliki gagasan, ide-ide dan perilaku yang mendukung terhadap perubahan tersebut.
g.      Budaya profesional siswa yaitu dengan memiliki dan menanamka pribadi yang mantap dan mempunyai integritas yang tinggi setiap permasalahan yang dihadapi bisa terpecahkan, hal ini akan berpengaruh terhadap ketenangan proses pembelajaran.
h.      Budaya berprestasi yaitu memiliki prestasibaik akademik maupun non akademik agar mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknik belajar sehingga akan mudah dalam mencapai hasil belajar yang lebih baik.
i.        Budaya memuaskan, kita harus senantiasa memuaskan orangtua, guru, dan pemerintah melalui prestatsi kita.
j.        Budaya integritas, budaya ini pneitng karena siswa yang melaksanakan budaya integritas akan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara rajin dan jujur.
6.      Bagaimanakah peran orangtua dalam mengatasi perilaku anak yang menyontek?
Dengan tidak terlalu menuntut anak untuk mendapatkan nilai yang baik dan memuaskan, karena hal itu justru akan berdampak pada psikologi anak. Karena tuntutan dari orangtua tersebut, maka anak akan melakukan berbagai cara agar dapat memmnuhi tuntutan orangtuanya tersebut, salah satunya dengan menyontek.
7.      Apakah yang dimaksud dengan motivasi belajar?
Motivasi belajar adalah kondisi psikis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, yang berarti pula mendorong seseorang untuk belajar. Motivasi dapat dilihat dari keaktifan idividu di dalam kelas, partisipasi dalam kegiatan belajar-mengajar, komitmen terhadap tugas, dan lain-lain.
8.      Bagaimana strategi meningkatkan budaya belajar siswa?
a.       Aktif dan kreatif Siswa yang aktif dan kreatif dalam belajar sangat menunjang keberhasan belajar. Oleh karena itu aktivitas dan kreativitas penting dimiliki oleh para siswa dalam menyelenggarakan proses belajar.
b.      Produktif
Untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari pelajaran, para siswa harus belajar dengan produktifitas yang tinggi, sehingga tujuan belajar yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan baik pula. Sebab pada dasarnya siswa yang produktif memiliki kemampuan belajar yang sesuai dengan isi pelajaran, menciptakan lingkungan belajar yang nyaman, menghasilkan sesuatu dan mampu menciptakan hubungan belajar yang harmonis.
c.       Efektif dan efisien
d.      Kita yang efektif dan efisien akan menghasilkan proses pembelajaran yang bermutu karena kita memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya dan memanfaatkan fasilitas pembelajaran dengan sebaik-baiknya pula, serta penggunaan dana seirit mungkkin tetapi mengahsilkan lulusan yang berkualitas, sehingga tujuan pendidikan yang teah ditetapkan dapat tercapai dengan baik.
9.      Bagaimana ciri-ciri anak yang kreatif?
a.       Mempunyai daya juang yang tinggii
b.      Tidak terlalu patuh paad aturan yang berlaku
c.       Memiliki kesenangan mengolah gagasan atau ide-ide
d.      Tegas dan lugas dalam mengambil keputusan
e.       Tenang dan percaya diri dalam melaksanakan pelajaran
f.       Memiliki keyakinan diri yang kuat dan penuh rasa tanggung jawab dalam melakukan suatu pelajaran.
g.      Memiliki solidaritas yang tinnggi dengan teman
h.      Memiliki rasa keterbukaan dan selalu optimis
i.        Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan dikembangkan melalui berbagai kegiatan.
j.        Dinamis dan penuh inisiatif
k.      Memiliki seni dalam berinteraksi antara siswa dalam belajar.
10.  Mengapa budaya belajar dapat mempengaruhi keberhasilan belajar?
Karena keberhasilan belajar pastinya berawal dari budaya belajar itu sendiri selain dari proses belajar. Apabila budaya belajar baik maka kemungkinan besar bahwa keberhasilan belajarpun juga akan baik pula.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar